Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis sebagai Sarana Menjangkau Sesama

7 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENULIS SEBAGAI SARANA MENJANGKAU SESAMA

Saya bergabung dengan Kompasiana menurut data yang tertulis pada 11 September 2021. Tetapi baru benar-benar menulis untuk pertama kalinya baru pada 8 April 2024 ketika sedang tidak bisa ke mana-mana pasca operasi telapak kaki. Sejak itu hingga hari ini yang menulis sudah 365 tulisan. Artikel pertama berjudul, Dua Sisi dari Sekeping "Jogetin Aja" pukul 13:45 WIB. Dibaca atau dilihat oleh 131 orang, dilike oleh dua orang dan dikomentar oleh satu orang. Artikelnya masuk Artikel Pilihan (AP). Artikel pertama yang masuk Artikel Utama (AU) berjudul, "Arus Balik: Ke Dalam dan Ke Luar Diri" merupakan tulisan ketiga belas pada 15 April 2024 pukul 20:17 yang telah dilihat oleh 1222 orang, disukai 15 orang dan dikomentari oleh satu orang. Sejak itu tulisan yang masuk Artikel Pilihan sebanyak 230 tulisan dan 17 Artikel Utama, dilihat oleh 48.000 orang.

Sejak AU pertama sampai hari ini saya merasa pergerakannya lambat. Kadang merasa heran saja kok orang lain bisa setiap hari artikelnya masuk AU, entah apa yang menjadi kriteria utama dari setiap artikel sehingga layak menjadi AU. Sebagai pemain baru di Kompasiana, saya menulis mengikuti irama otak yang memproduksi aneka ide menjadi sebuah tulisan. Soal menjadi AP atau AU biar itu urusan admin, tugas seorang penulis adalah menulis dan mendokumentasikan tulisannya.

Saya bersyukur bahwa karena pasca operasi baru punya kesempatan untuk membuka kembali akun Kompasiana saya lalu mulai menulis dan mengarsipkan berbagai ide (puisi, cerpen, opini) secara online. Jika suatu saat hendak menulis secara lebih serius menjadi sebuah buku (bahkan bisa menjadi beberapa buku) tinggal membongkar kembali tulisan-tulisan yang ada.

(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Tulisan Yang Mengesankan

Tulisan pertama saya berjudul "Dua Sisi dari Sekeping 'Jogetin Aja'" di Kompasiana ini menjadi tulisan yang paling menarik karena membahas polarisasi yang terjadi dalam masyarakat melalui kacamata fenomena budaya populer, khususnya dalam ekspresi kehidupan sehari-hari. "Jogetin aja" menjadi metafora untuk pendekatan yang tampak santai, ringan, dan sering kali apatis terhadap masalah yang lebih kompleks. Namun, di sisi lain, ungkapan ini juga bisa menggambarkan respons adaptif dan positif terhadap situasi yang sulit, seperti cara masyarakat menghadapi tekanan dengan humor atau hiburan.

Polarisasi yang menjadi latar belakang tulisan ini tampak dalam dua sudut pandang utama: Pertama, Sisi Adaptif dan Positif. Ada kelompok dalam masyarakat yang melihat "Jogetin aja" sebagai cara untuk melepaskan diri dari tekanan dan tantangan hidup. Dalam kondisi sulit atau tertekan, mereka memilih merespons dengan fleksibilitas, humor, dan mencari hiburan. Hal ini menunjukkan daya tahan masyarakat dalam menghadapi realitas yang sering kali penuh kesulitan. Budaya "joget" menjadi simbol bagaimana orang-orang menghadapi hidup dengan lebih ringan, sebagai cara untuk menjaga kesehatan mental dan mencari kebahagiaan di tengah tantangan.

Kedua, Sisi Kritik Terhadap Apatisme. Di sisi lain, ada pandangan yang lebih kritis, yang melihat bahwa "Jogetin aja" dapat mencerminkan sikap apatis atau kurang peduli terhadap isu-isu sosial yang lebih besar. Polarisasi muncul ketika ekspresi budaya ini dianggap menutupi masalah struktural yang mendalam. Mereka yang berada di sisi ini mungkin merasa bahwa respons semacam itu tidak memberikan solusi nyata terhadap ketimpangan, ketidakadilan, atau permasalahan politik yang membutuhkan perhatian serius.

Fenomena ini memperlihatkan jurang antara mereka yang ingin menghadapi masalah dengan lebih serius dan mereka yang memilih untuk "joget" sebagai bentuk pelarian. Polarisasi semacam ini sangat menarik karena menunjukkan bagaimana budaya populer bisa menjadi cerminan dari dinamika sosial yang lebih luas, di mana masyarakat terpecah antara menghadapi kenyataan secara langsung atau memilih untuk menghindarinya dengan cara yang ringan.

Latar belakang dari tulisan ini menggambarkan ketegangan antara kenyataan yang sulit dengan keinginan untuk melepaskan diri darinya. Fenomena "Jogetin aja" tidak hanya sekadar ungkapan budaya, tetapi juga cermin dari bagaimana masyarakat membagi diri dalam cara menghadapi tantangan sosial, politik, dan ekonomi.

Catatan untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun