Tiba-tiba, IShowSpeed menghampiri seorang bocah kecil yang sedang duduk di bangku mall sambil memegang smartphone-nya. "Hey, what are you watching?" tanya YouTuber itu dengan senyum lebar.
Anak kecil itu menunjukkan layarnya. Di sana, sebuah video sedang diputar. Namun, yang ditonton anak itu bukan video dari YouTuber asing. Bukan pula video dari IShowSpeed.
Itu adalah video Rama. Ya, video yang ia unggah dua minggu lalu, yang hanya mendapat sedikit perhatian. Video yang menurut Rama tak akan pernah diapresiasi.
Mata Rama terbelalak. Ia mendekat, memperhatikan layar itu. Video tersebut menampilkan dirinya yang sedang menjelaskan proses pembuatan kopi tradisional di salah satu kedai kecil di kampung halamannya.
"You like this guy?" tanya IShowSpeed lagi.
Anak kecil itu mengangguk malu-malu. "Iya, dia seru. Soalnya dia ngajarin sesuatu yang aku nggak tahu sebelumnya."
Rama berdiri di sana, terpaku. Dia tidak percaya bahwa di tengah riuhnya sorotan terhadap konten YouTuber asing, masih ada yang menghargai karyanya. Mungkin, tanpa disadarinya, ia sudah melakukan sesuatu yang lebih berharga dari sekadar ikut-ikutan tren.
Dengan langkah pelan, Rama berbalik dan meninggalkan kerumunan itu. Pikirannya bergulir -mungkin bukan soal menjadi terkenal seketika, atau menyaingi YouTuber asing. Bagi Rama, menjadi kreator konten berarti menciptakan sesuatu yang memberi dampak, sekecil apa pun itu.
Dan hari ini, ia telah menemukannya. Sesederhana seorang anak kecil yang memilih untuk menonton videonya di antara lautan konten yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H