Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Panggung di Negeri Orang

27 September 2024   09:00 Diperbarui: 27 September 2024   09:04 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fikri tertawa kecil, seakan menyadari kegelisahan sahabatnya. "Tapi, Ram, jujur saja deh, emang konten kita kurang greget. Beda sama mereka yang datang dari luar, buat sesuatu yang kelihatannya sederhana tapi mengundang banyak perhatian."

Rama tahu itu benar. IShowSpeed dan YouTuber lainnya memang pintar menciptakan momen. Mereka memanfaatkan keanehan dan kebaruan dari tempat-tempat yang mereka kunjungi, termasuk Indonesia. Yang tidak dimiliki oleh mereka yang tinggal di sini adalah kesegaran dalam memandang lingkungan. Namun, di balik itu semua, Rama merasa ada sesuatu yang mengganjal. Apakah semua ini murni karena YouTuber asing ingin "memperkenalkan" Indonesia ke dunia, atau sekadar memanfaatkan popularitas besar netizen Indonesia yang dikenal royal dalam hal interaksi di media sosial?

Di sinilah kegelisahannya berakar. Apakah netizen Indonesia benar-benar sadar bahwa mereka sering kali hanya menjadi alat untuk meningkatkan pamor kreator dari luar negeri? Kenapa mereka tak pernah berpikir untuk bersaing di panggung yang sama? Kenapa tidak menjadi pelopor seperti IShowSpeed atau bahkan lebih?

***

Keesokan harinya, Rama memutuskan untuk keluar dari rutinitasnya. Ia ingin mencoba sesuatu yang berbeda, sesuatu yang mungkin membuatnya kembali merasakan apa yang ia rasakan dulu, ketika pertama kali memulai kanal YouTube-nya - perasaan antusias, segar, dan penuh ide.

Ia membawa kameranya dan berjalan kaki menyusuri gang-gang kecil di sekitar rumahnya di daerah Tebet. Tak jauh dari situ, ada warung kopi kecil yang sering ia datangi bersama teman-teman semasa sekolah. Namun, kali ini, ia melihatnya dengan sudut pandang berbeda. Setiap sudut jalan, orang yang lewat, atau sekadar penjual kopi yang sibuk, semua tampak lebih hidup di matanya. Ia berbicara dengan pemilik warung, merekam interaksinya, dan tertawa bersama mereka. Dia merasa lebih bebas daripada saat duduk berjam-jam di depan laptopnya.

Sementara itu, di sudut lain Jakarta, IShowSpeed sedang sibuk membuat konten di sebuah mall besar. Ribuan penggemar Indonesia datang hanya untuk sekadar berfoto atau menonton aksinya secara langsung. Tanpa disadari, Rama berjalan melewati kawasan itu, hanya untuk mendengar suara riuh orang-orang yang menyambut YouTuber asing tersebut.

"Apa ini," pikir Rama, sambil mengamati kerumunan dari jauh. "Seberapa hebat kontennya sampai orang-orang ini rela datang hanya untuk melihatnya?"

Rasa penasaran memanggilnya. Dia mendekati kerumunan, menonton IShowSpeed yang sedang beraksi. Konten yang dibuat sangat sederhana - berinteraksi dengan penjaga toko, bermain-main dengan aksen Bahasa Indonesia yang terputus-putus, dan mencoba berbagai makanan lokal.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Namun, ada satu momen yang benar-benar membuat Rama terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun