Peran Suami dan Ayah dalam Era Digital
Refleksi dari Patris Corde dan Ensiklik Amoris Laetitia
Di era digital yang serba cepat, peran seorang suami dan ayah mengalami dinamika yang berbeda dari masa lalu. Dunia digital menghadirkan tantangan baru bagi keluarga---mulai dari manajemen waktu yang efektif, perlindungan dari bahaya online, hingga menjaga kedekatan emosional di tengah kesibukan dunia maya. Dalam konteks ini, refleksi Paus Fransiskus dalam surat apostolik Patris Corde dan ensiklik Amoris Laetitia (Sukacita Kasih) memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana suami dan ayah dapat menjalankan peran mereka dengan kasih yang tulus dan tanggung jawab yang bijaksana.
Patris Corde: Santo Yosef sebagai Model Peran Suami dan Ayah
Patris Corde adalah surat apostolik yang ditulis oleh Paus Fransiskus dalam rangka memperingati 150 tahun deklarasi Santo Yosef sebagai Pelindung Gereja Universal. Dalam surat ini, Paus menggambarkan Santo Yosef sebagai seorang ayah yang penuh kasih, lembut, dan rendah hati. Tujuh karakteristik utama yang ditekankan dalam Patris Corde tentang Santo Yosef adalah: sebagai ayah yang penuh kasih, lembut, taat, menerima, kreatif, pekerja keras, dan selalu berada di latar belakang.
Patris Corde mengajak kita untuk meneladani Santo Yosef, seorang ayah yang penuh kasih, pekerja keras, dan pelindung yang setia bagi Maria dan Yesus. Dalam surat ini, Paus Fransiskus menekankan bahwa Santo Yosef tidak hanya berperan sebagai penyedia nafkah, tetapi juga sebagai penjaga keselamatan keluarga, terutama dalam masa-masa sulit.
Bagi suami dan ayah di era digital, model Santo Yosef sangat relevan. Di tengah kemajuan teknologi dan tantangan digitalisasi, mereka harus mampu menjadi pemimpin yang adaptif---menggunakan teknologi secara bijak untuk mendukung kebutuhan keluarga tanpa membiarkan teknologi menguasai hubungan interpersonal. Santo Yosef mengajarkan pentingnya kehadiran fisik dan emosional dalam membangun hubungan keluarga yang sehat, nilai yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat modern yang sering kali terganggu oleh perangkat digital.
Dalam rangka Patris Corde itu, Perseduluran Brayat Minulya Nusantara (PBMN), sebuah wadah yang menjadi rumah bersama kami mantan calon imam yang pernah bergabung dalam Tarekat Keluarga Kudus (MSF) menulis sebuah buku berjudul, "SANTO YOSEF DAN KITA" Bunga Rampai Pengalaman Iman. Ada banyak pengalaman iman dan doa yang menarik dari buku itu tentang peran "tersembunyi" seorang Santo Yosef, seorang ayah yang pendiam tapi pelaksana Sabda Allah yang tekun dan setia. Ada banyak pengalaman iman yang memperlihatkan bahwa para suami dan ayah dalam buku ini ternyata memiliki kedekatan dengan Santo Yosef, seorang Pelindung para suami yang bekerja dalam diam bahkan hanya beberapa kali disebutkan namanya dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
Bahkan dari sharing-sharing terlihat bahwa selama masa covid-19, para suami ini diam-diam memohon pertolongan Santo Yosef agar mereka diselamatkan dari bahaya covid. Ada yang belum siap meninggalkan anak-anak yang masih kecil, ada yang belum siap istrinya jadi janda. Segala daya iman dikerahkan untuk memohon bantuan doa Santo Yosef, yang diyakini akan menolong mereka secara diam-diam.Â
Amoris Laetitia: Cinta dalam Keluarga
Dalam ensiklik Amoris Laetitia, Paus Fransiskus membahas cinta keluarga dengan lebih luas, mengingatkan kita bahwa keluarga adalah tempat di mana kasih sejati dimanifestasikan melalui kesabaran, pengorbanan, dan pengampunan. Paus menekankan pentingnya komunikasi yang tulus dan pengertian antaranggota keluarga, yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Di era digital, komunikasi dalam keluarga sering kali terputus oleh kehadiran teknologi. Ayah yang terjebak dalam dunia kerja berbasis teknologi, atau anak-anak yang lebih sering berinteraksi dengan perangkat mereka daripada dengan orang tua, menjadi fenomena yang umum. Oleh karena itu, suami dan ayah ditantang untuk menemukan cara yang kreatif dalam menjaga hubungan yang intim dan bermakna dengan keluarga, sebagaimana ditegaskan dalam Amoris Laetitia bahwa cinta membutuhkan dialog yang konstan dan penuh perhatian.
Paus Fransiskus juga menekankan bahwa kasih keluarga tidak hanya sekadar urusan emosional, tetapi juga merupakan tindakan konkret yang melibatkan kepedulian terhadap kebutuhan satu sama lain. Dalam dunia yang penuh distraksi digital, ayah masa kini harus mencontohkan tanggung jawab dan kasih sayang melalui tindakan nyata, seperti meluangkan waktu untuk bersama keluarga, mendengarkan istri dan anak-anak, serta memberikan bimbingan yang penuh perhatian di tengah godaan untuk "selalu online."