Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teater Edukasi Kesehatan dalam Asesmen Projek P5 SMK Kesehatan Binatama

25 September 2024   09:49 Diperbarui: 25 September 2024   09:54 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(tampak sebagian guru ikut memberikan penilaian dan siswa yang meyaksikan teater dengan seksama, dokpri)

Lebih dari itu, teater edukasi kesehatan juga memungkinkan sekolah untuk bekerja sama dengan berbagai lembaga eksternal, seperti rumah sakit, Puskesmas, atau organisasi kesehatan, yang bisa memperluas jejaring sekolah dalam komunitas. Keterlibatan siswa dalam kegiatan yang berdampak langsung pada masyarakat membantu memperkuat peran sekolah sebagai institusi yang tidak hanya mendidik, tetapi juga berkontribusi dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Ini bisa membuka peluang bagi sekolah untuk mendapatkan dukungan atau penghargaan dalam program kesehatan sekolah.

(tampak sebagian guru ikut memberikan penilaian dan siswa yang meyaksikan teater dengan seksama, dokpri)
(tampak sebagian guru ikut memberikan penilaian dan siswa yang meyaksikan teater dengan seksama, dokpri)

Kaitan dengan Pendidikan Agama

Kegiatan teater edukasi kesehatan juga memiliki kaitan yang erat dengan pendidikan agama. Dalam pendidikan agama, siswa diajarkan untuk peduli terhadap sesama, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta menjaga kesehatan sebagai bentuk syukur atas anugerah kehidupan. Kegiatan teater ini dapat menjadi sarana untuk menginternalisasi nilai-nilai moral dan spiritual tersebut. Saat memerankan peran dalam situasi kesehatan, siswa dapat merefleksikan peran agama dalam menghadapi penderitaan, memberikan dukungan moral, serta menanamkan sikap empati dan kasih sayang kepada sesama.

Melalui teater ini, siswa juga belajar bahwa menjaga kesehatan bukan hanya kewajiban individu, tetapi juga bagian dari tanggung jawab spiritual dan sosial. Sebagian besar ajaran agama mengajarkan bahwa tubuh adalah anugerah yang harus dijaga dengan baik. Oleh karena itu, perilaku hidup sehat dapat dipandang sebagai bentuk penghormatan dan syukur atas karunia tersebut. Dengan demikian, pendidikan agama dapat terintegrasi dengan baik dalam kegiatan teater ini, memperkaya makna pembelajaran serta memperkuat karakter spiritual siswa dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan.

Sebuah Catatan Akhir

Teater edukasi kesehatan dalam asesmen projek P5 menawarkan pendekatan pembelajaran yang holistik dan inovatif, memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa, guru, dan sekolah. Siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu kesehatan, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, serta menguatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya kesehatan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Guru diuntungkan dengan metode pengajaran yang lebih dinamis dan fleksibel, sementara sekolah mendapat manfaat dari peningkatan reputasi dan jejaring sosial. Yang tidak kalah penting, teater ini juga mengintegrasikan pendidikan agama, menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang relevan dengan tanggung jawab sosial dan kesehatan, menjadikannya pengalaman belajar yang lengkap dan bermakna bagi semua pihak.

Diharapkan dengan asesmen projek semacam ini, para siswa dan guru semakin inovatif untuk mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang "ramah dan disenangi" sehingga asesmen dan pembelajaran menjadi sebuah media yang membahagiakan dalam menghayati perannya. 

Terima kasih untuk para guru mata pelajaran yang tergabung dalam P5 yang sudah mendampingi dan berusaha "menguras" kemampuan siswa dalam berakting di atas panggung. Meski nanti mereka bekerja sebagai perawat (yang tentu pasien tidak berada di panggung teater), para siswa mengelola sisi-sisi kemanusiaan di dalam dirinya untuk berkolaborasi dan bekerjasama dengan teman lain. Seorang perawat nantinya yang diutamakan adalah sentuhan kemanusiaan kepada pasien. Ia bisa tampil sebagai penasihat spiritual bagi siswa (pendidikan agama), merawat dengan penuh senyuman agar pasien cepat sembuh (teknik keperawatan), siswa juga diberi kesempatan untuk berbicara dalam bahasa Inggris dan Jepang (pelajaran Bahasa Inggris dan Ekstra Bahasa Jepang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun