Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor

Daging dan Ingatan

21 September 2024   19:11 Diperbarui: 21 September 2024   19:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar hasil olahan GemAIbot, dokpri)

Daging dan Ingatan

Di sudut rumah yang sunyi, di antara aroma obat-obatan dan kenangan yang membingungkan, Arman duduk di kursi roda, memandangi sosok lemah di depannya - Sinta, pengasuhnya. Sudah sembilan tahun dia setia di sana, merawat tubuh yang perlahan kehilangan dirinya sendiri, mengurus seorang pria yang tak lagi mampu mengenali dirinya.

Arman menderita Alzheimer, penyakit yang telah merampas ingatannya, satu demi satu. Awalnya hanya sedikit - nama, tanggal, peristiwa. Namun, lama-kelamaan, penyakit itu menggerogoti seluruh kehidupannya. Dan Sinta, dengan sabar, merawatnya setiap hari, tanpa keluhan. Dia membersihkan, memberi makan, dan menemaninya melalui hari-hari yang kelabu.

Namun, tahun kesepuluh mendekat, dan sesuatu yang aneh terjadi. Di dalam benak Arman yang penuh kekosongan, suara-suara samar mulai terdengar. Suara yang membisikkan cara untuk sembuh, tetapi dengan harga yang sangat mahal. Arman, di dalam kesuraman pikirannya, mulai merasa bahwa kesembuhannya mungkin datang bukan dari obat atau perawatan, tetapi dari Sinta sendiri.

Pada malam yang sepi, ketika bulan menggantung pucat di langit, Arman memanggil Sinta. Dengan senyum palsu yang menghiasi wajahnya yang mulai menua, dia meminta Sinta mendekat, mengatakan dia ingin berterima kasih. Dengan tangan gemetar, dia menyelinap ke dapur, mengambil pisau besar yang biasa digunakan Sinta untuk memotong sayuran. Lalu, dengan kekuatan yang dia kira sudah hilang, dia mengayunkannya ke arah pengasuh yang tak curiga.

Darah Sinta mengalir ke lantai, tubuhnya yang lemah tergolek di kaki Arman. Dan di malam itu, Arman tidak hanya membunuh. Dia menyeret tubuh tak bernyawa itu ke dapur, dengan hati-hati memotongnya -daging, organ, dan tulang. Setiap potongan disimpan dalam kulkas, dengan rapi dan teratur. Selama tiga puluh hari ke depan, Arman mulai mengolah tubuh Sinta menjadi berbagai masakan. Sup daging di hari pertama, tumis di hari kedua, dan terus berlanjut. Daging pengasuh yang setia menjadi menu hariannya.

Hari demi hari berlalu, dan keajaiban mulai terjadi. Arman mulai merasa berbeda. Ingatannya, yang dulu memudar, perlahan kembali. Pertama-tama hal-hal kecil - nama istrinya, rumah tempat dia dibesarkan, sampai akhirnya dia mampu mengingat masa mudanya dengan jelas. Dia tersenyum di depan cermin, melihat wajah yang dulunya penuh kebingungan kini dipenuhi oleh kesadaran baru. Alzheimer yang menghantuinya seakan-akan terhapus, lenyap seiring hilangnya daging Sinta dari piringnya.

Namun, di hari ke-31, sebuah kehampaan muncul. Dia berdiri di dapur, memanggil nama Sinta. Dia mencari-cari, berkeliling rumah, bertanya-tanya di mana pengasuh yang selama ini setia melayaninya. Sinta telah menghilang. Dalam kebingungan itu, dia memutuskan untuk membuat laporan di akun X miliknya, tempat dia secara teratur berbagi tentang "perjuangannya melawan Alzheimer."

Di setiap unggahan, dia mendokumentasikan segalanya. Mulai dari hari ketika Sinta menghilang hingga detik-detik ketika dia menyadari bahwa tubuh Sinta hilang. Dalam pikirannya yang kini jernih, dia tidak lagi ingat bagaimana tubuh itu berakhir di dapurnya, dalam kulkas, dalam setiap masakan yang dia santap selama sebulan penuh.

Seiring waktu, laporan-laporan itu menjadi semakin aneh dan penuh detail, hingga akhirnya akun X Arman viral pada tahun 2045, tepat dua puluh tahun setelah kejadian tersebut. Pengguna internet di seluruh dunia terkejut ketika membaca pengakuannya tentang daging yang dia masak - daging yang ternyata adalah pengasuhnya sendiri. Polisi mulai menyelidiki, membuka kembali kasus Sinta yang hilang secara misterius di rumah majikannya.

Dan pada akhirnya, dalam sesi interogasi dengan pihak berwenang, Arman, yang sudah tua tapi kini sembuh sepenuhnya dari Alzheimer, dihadapkan dengan kebenaran mengerikan itu. "Saya tidak ingat," katanya dengan tenang, "tapi jika itu benar, saya sembuh. Dan saya hidup."

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Tapi kejutan terbesar datang bukan dari pengakuannya. Saat akun X-nya dibuka untuk publik, orang-orang melihat satu unggahan terakhir, satu unggahan yang dijadwalkan otomatis muncul di tahun 2045.

Unggahan itu hanya berisi satu kalimat:
"Aku siap makan lagi."

Arman yang kini sepenuhnya sehat, tersenyum di kursinya. Dan pada saat itu, orang-orang yang menyaksikan di internet mulai bertanya-tanya: siapa yang akan menjadi korban berikutnya?

[Arman adalah kita, manusia. Sinta adalah bumi yang setiap hari kita rusaki, meski tahu bumilah yang menghidupi kita]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun