Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Cinta Kasih, Pengorbanan, dan Kesetiaan

21 September 2024   08:30 Diperbarui: 21 September 2024   08:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Keluarga Kudus Nasareth: olahan dari GemAIbot, dokpri)

PENTINGNYA CINTA KASIH, PENGORBANAN, DAN KESETIAAN 

 

Hubungan antara anak dan orang tua di zaman modern sering kali dianggap semakin renggang. Banyak yang beranggapan bahwa hal ini disebabkan oleh perbedaan generasi dan perkembangan zaman yang membuat komunikasi menjadi tidak selaras. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, jarak emosional ini bukan hanya soal perbedaan usia atau pengalaman hidup. Berbagai faktor, seperti perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan pergeseran pola komunikasi, ikut memengaruhi relasi antara orang tua dan anak.

Saya mencoba "meneropong" tema pilihan kali ini dengan belajar dari spiritualitas Keluarga Kudus sebagaimana yang dimaknai oleh Pater JB. Berthier. Pater Berthier, pendiri Tarekat Keluarga Kudus (MSF) menekankan pentingnya  cinta kasih, pengorbanan dan kesetiaan dalam membangun keharmonisan keluarga. Ketiga kata kunci: cinta kasih, pengorbanan dan kesetiaan bisa menjadi jembatan penghubung untuk merekatkan atau menyatukan kembali kerengganan relasi antar generasi.

Perbedaan Zaman dan Pola Hubungan

Anak-anak masa kini tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang pesat, terutama dengan adanya internet dan media sosial, yang sering kali menciptakan kesenjangan dalam cara berpikir antara mereka dan orang tua. Orang tua, yang tidak mengalami revolusi digital saat tumbuh, mungkin merasa sulit memahami dunia anak-anak yang serba cepat dan terkoneksi. Perbedaan ini menciptakan jarak dalam komunikasi, di mana sering kali orang tua menganggap anak lebih sibuk dengan gawai dan media sosial, sedangkan anak merasa orang tua tidak memahami dunia mereka.

Jika dibandingkan dengan masa lalu, hubungan antara anak dan orang tua dulu cenderung lebih linear. Orang tua memegang kendali penuh atas pengambilan keputusan, sementara anak-anak lebih patuh dan mengikuti arahan. Namun, kini, dengan perubahan pola asuh yang lebih demokratis, banyak keluarga mulai menerapkan pendekatan yang lebih partisipatif. Orang tua tidak lagi hanya menjadi figur otoritas, tetapi juga pendengar dan mitra bagi anak-anak dalam berbagai aspek kehidupan. Meski begitu, perbedaan pandangan masih kerap muncul, dan cara penyelesaiannya pun memerlukan pendekatan yang berbeda.

Pentingnya Komunikasi dalam Mempererat Hubungan

Konflik antara orang tua dan anak umumnya bermuara pada kesalahpahaman. Anak mungkin merasa bahwa orang tua tidak memahami tantangan dan tekanan yang mereka hadapi, sedangkan orang tua merasa tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Di sinilah komunikasi efektif menjadi kunci untuk memperbaiki hubungan yang renggang. Menurut Dr. John Gottman, seorang psikolog keluarga, orang tua tidak hanya harus menjadi pengarah, tetapi juga pendengar aktif bagi anak-anak mereka. Dengan mendengarkan dan memahami perspektif anak, orang tua dapat menciptakan ruang dialog yang sehat, meminimalisir kesalahpahaman, dan menjembatani perbedaan pandangan.

Lebih lanjut, penting bagi orang tua untuk memberikan ruang bagi anak mengekspresikan dirinya. Ketika anak merasa didengar dan pendapatnya dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi. Komunikasi yang jujur dan terbuka juga akan membantu menghindari perasaan tertekan yang dapat muncul ketika anak merasa diabaikan atau tidak dipahami oleh orang tua.

Teladan dari Keluarga Kudus: Yesus, Maria, dan Yosef

Pater JB Berthier, pendiri Kongregasi Keluarga Kudus, menawarkan pandangan menarik tentang pola relasi keluarga yang berlandaskan teladan Keluarga Kudus: Yesus, Maria, dan Yosef. Berthier menekankan pentingnya cinta kasih, pengorbanan, dan kesetiaan dalam menciptakan keharmonisan keluarga. Keluarga Kudus memberikan contoh hubungan yang seimbang antara cinta kasih dan tanggung jawab, di mana setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing yang dihargai.

Dalam keluarga modern, semangat ini bisa diterapkan dengan menciptakan hubungan yang didasarkan pada saling mendukung dan menghormati. Orang tua perlu hadir tidak hanya sebagai pembimbing, tetapi juga sebagai mitra yang mendukung perkembangan anak dalam menghadapi dunia yang terus berubah. Sementara itu, anak juga perlu belajar menghormati peran orang tua yang berupaya sebaik mungkin dalam memberikan yang terbaik untuk keluarga.

Tips untuk Memperkuat Hubungan Orang Tua dan Anak

Untuk mempererat hubungan yang sering kali renggang, beberapa langkah dapat diambil oleh orang tua dan anak:

Pertama, Luangkan Waktu Bersama. 

Waktu berkualitas adalah kunci dalam menjaga keakraban keluarga. Baik melalui kegiatan bersama, percakapan sehari-hari, maupun momen-momen kecil seperti makan malam bersama, waktu yang dihabiskan bersama keluarga menciptakan ikatan emosional yang kuat.

Kedua, Menjadi Pendengar Aktif. 

Orang tua perlu memberikan perhatian penuh saat anak bercerita atau menghadapi masalah. Dengan mendengarkan secara aktif, orang tua menunjukkan bahwa mereka peduli dan menghargai perasaan anak.

Ketiga, Berikan Ruang untuk Ekspresi Diri. 

Anak-anak perlu merasa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pandangan dan perasaan mereka. Dengan memberikan ruang ini, orang tua dapat membantu anak berkembang menjadi pribadi yang lebih percaya diri.

Keempat, Afirmasi dan Pengakuan. 

Orang tua tidak perlu ragu untuk mengakui jika mereka salah. Ini bukan hanya menunjukkan bahwa orang tua manusiawi, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi anak tentang pentingnya tanggung jawab dan kesediaan untuk belajar dari kesalahan.

Pengalaman Pribadi dan Penyelesaian Konflik

Dalam pengalaman menyelesaikan konflik antara orang tua dan anak, saya menyadari bahwa kuncinya terletak pada saling pengertian. Sering kali, konflik muncul karena harapan yang tidak tersampaikan dengan baik. Orang tua merasa mereka memahami kebutuhan anak, sementara anak merasa orang tua tidak melihat sudut pandang mereka. Dalam menyelesaikan konflik, penting untuk memperjelas harapan kedua belah pihak dan mencari jalan tengah yang bisa diterima bersama.

Setiap keluarga menghadapi tantangan yang unik, tetapi dengan pola komunikasi yang sehat, setiap konflik dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan keluarga. Seperti yang diajarkan oleh Pater Berthier, keluarga adalah tempat di mana cinta kasih, pengorbanan, dan kebersamaan harus terus dijaga, mengikuti teladan Keluarga Kudus yang penuh kasih dan pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun