Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Maulid Nabi dari Seorang Guru Agama Katolik

15 September 2024   22:02 Diperbarui: 15 September 2024   22:57 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pbs.org)

REFLEKSI MAULID NABI DARI SEORANG GURU Agama KATOLIK

Dua minggu lalu, selepas tiga jam pelajaran pertama, rekan guru yang bertanggung jawab sebagai Humas Sekolah meminta saya mencek surat permohonan untuk mengundang Penyuluh Agama Katolik untuk mengisi kegiatan pada hari Jumat 13 September 2024. Kegiatan itu bersamaan dengan pendalaman tentang Maulid Nabi untuk siswa dan siswi muslim oleh seorang Ustad yang diundang khusus oleh pihak sekolah.

Bagi penulis ini adalah pengalaman yang menarik dan sebuah terobosan yang bagus bagi para siswa. Untuk itu penulis mencoba membagikan beberapa point refleksi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi. Refleksi ini ditulis dari kacamata seorang guru agama Katolik yang mengajar di sekolah mayoritas Muslim dan dikaitkan dengan ajaran Gereja Katolik tentang hubungan antaragama, terutama dalam konteks dokumen-dokumen seperti "Nostra Aetate" (Deklarasi Hubungan Gereja dengan Agama-agama Non-Kristiani), serta prinsip-prinsip penting dalam dialog dan persaudaraan antarumat beragama. Refleksi ini semoga menginspirasi pembaca, karena telah menginspirasi penulis sendiri.

(sumber gambar: nlb.overdrive.com)
(sumber gambar: nlb.overdrive.com)

1. "Nostra Aetate" dan Dialog Antaragama

Dengan pengetahuan yang sedikit (waktu kuliah teologi pernah belajar tentang sejarah Islam), maka saya berusaha menghubungkan peringatan Maulid Nabi dengan "Nostra Aetate", yang menekankan pentingnya menghormati agama-agama lain dan mencari persamaan nilai di dalamnya. Dalam dokumen ini, Gereja Katolik menyatakan penghargaan mendalam terhadap agama Islam, khususnya pada keyakinan tentang satu Tuhan yang Maha Esa dan penuh belas kasih. Refleksi ini dapat mengangkat bagaimana Maulid Nabi adalah momen bagi umat Muslim untuk merayakan kehadiran sosok yang membawa pesan kebaikan, yang sejalan dengan ajaran gereja tentang penghormatan dan persaudaraan dengan komunitas lain.

Gereja menegaskan bahwa dialog antaragama harus dibangun berdasarkan penghormatan terhadap perbedaan dan pengakuan akan kesamaan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui perayaan ini, saya justru melihat bahwa inilah kesempatan bagi para siswa Muslim belajar tentang keteladanan Nabi, yang bisa menjadi inspirasi universal dalam konteks pengabdian kepada Tuhan dan umat manusia.

2. Nilai Persaudaraan dan Cinta Kasih yang Sejalan

Dokumen Gereja Katolik, termasuk "Fratelli Tutti" dari Paus Fransiskus, berbicara tentang persaudaraan universal dan pentingnya membangun dunia yang lebih adil dan damai. Maulid Nabi dapat dilihat sebagai perayaan nilai-nilai yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama, sebagaimana diteladankan oleh Nabi. Dari perspektif pribadi sebagai seorang Katolik, saya juga melihat bahwa peringatan Maulid Nabi merupakan upaya saudaraku umat Muslim untuk meneladani kepemimpinan yang penuh kasih dan empati, yang juga merupakan nilai inti dalam kekristenan.

Refleksi ini bisa dikaitkan dengan bagaimana ajaran Gereja mendorong orang-orang beriman, termasuk umat Katolik, untuk menghormati dan bekerja sama dengan umat agama lain dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan saling mendukung dalam semangat persaudaraan.

(Sumber gambar: suara.com)
(Sumber gambar: suara.com)

3. Pentingnya Toleransi dan Menghargai Keragaman

Maulid Nabi dapat menjadi kesempatan untuk menegaskan pentingnya toleransi dan menghargai keberagaman, yang sangat ditekankan dalam ajaran Katolik tentang hubungan antaragama. Dokumen "Nostra Aetate" menggarisbawahi bahwa Gereja tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama lain dan mengajak umat Katolik untuk menghargai tradisi, ritual, dan keyakinan agama-agama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun