MENGENAL APA ITU ENOCHLOPHOBIA
Â
Seorang teman guru bercerita bahwa pernah memiliki murid yang amat ketakutan jika berada di tengah keramaian bahkan di antara teman-teman sekelas. Jika diajak bicara tidak pernah ada respon. Kalau pun respon hanya satu dua patah kata sesuai dengan pertanyaan. Orang seperti cenderung menyendiri dan merasa tidak memiliki teman, semua dianggap menjauhinya. Kasihan sebenarnya kalau mereka berada di sekolah umum (yang banyak orang) karena akan membuatnya menderita.
Dari kisah teman itu saya lalu mencari apa namanya orang yang takut secara berlebihan pada keramaian. Saya baru tahu istilahnya enochlophobia.
Enochlophobia, ketakutan berlebihan terhadap keramaian, merupakan fenomena yang tak bisa dianggap remeh. Di dunia yang semakin padat dan hiruk-pikuk, rasa takut terhadap keramaian ini bisa menjadi penghalang besar bagi mereka yang mengalaminya. Bagi sebagian orang, keramaian adalah tempat bersosialisasi dan menikmati kebersamaan. Namun, bagi penderita enochlophobia, keramaian menjadi sumber kecemasan yang menghantui, sehingga mereka sering kali menghindari tempat-tempat umum, acara sosial, atau bahkan situasi sehari-hari seperti berbelanja atau bepergian dengan transportasi umum.
Penyebab Enochlophobia
Menurut Dr. Judith S. Beck, seorang ahli terapi kognitif-perilaku, enochlophobia sering kali muncul akibat pengalaman traumatis di masa lalu yang melibatkan kerumunan. Misalnya, seseorang yang pernah terjebak dalam situasi panik di tengah keramaian, seperti saat terjadi bencana atau kerusuhan, mungkin menyimpan rasa takut yang berkepanjangan terhadap keramaian. Namun, tidak semua penderita mengalami trauma yang nyata. Dr. Beck menjelaskan bahwa seringkali rasa takut ini juga dipicu oleh pola pikir yang berlebihan, di mana individu mengembangkan keyakinan bahwa mereka berada dalam bahaya ketika berada di tengah keramaian, meskipun tidak ada ancaman nyata.
Faktor genetika juga memiliki peran dalam perkembangan enochlophobia. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan cenderung lebih rentan mengembangkan fobia, termasuk enochlophobia. Selain itu, kepribadian introvert atau pemalu juga sering kali berkontribusi, karena individu ini mungkin merasa kewalahan oleh rangsangan berlebih yang dihadirkan oleh keramaian.
Gejala dan Dampak Sosial
Gejala enochlophobia bisa bervariasi, mulai dari detak jantung yang cepat, sesak napas, keringat dingin, hingga serangan panik yang membuat seseorang merasa seolah-olah tidak bisa melarikan diri. Psikolog klinis, Dr. Lisa Firestone, menyebutkan bahwa gejala-gejala ini sering kali datang tiba-tiba dan tanpa peringatan, membuat penderita merasa terperangkap dalam ketakutan mereka sendiri. Dalam kasus yang parah, seseorang bahkan bisa mengalami serangan panik hanya dengan memikirkan berada di tengah keramaian.
Dampak sosial dari enochlophobia sangat besar. Penderita sering kali merasa terisolasi karena ketakutan mereka menghalangi mereka untuk berpartisipasi dalam acara sosial atau kegiatan sehari-hari. Dalam jangka panjang, isolasi sosial ini dapat menyebabkan depresi dan penurunan kualitas hidup. Mereka yang menderita enochlophobia sering kali merasa tidak dipahami oleh orang-orang di sekitar mereka, yang mungkin melihat ketakutan ini sebagai hal yang berlebihan atau tidak rasional. Namun, bagi penderita, ketakutan ini sangat nyata dan mengganggu keseharian mereka.
Solusi dari Para Ahli
Dr. Aaron T. Beck, seorang pionir dalam terapi kognitif-perilaku (CBT), menjelaskan bahwa pendekatan CBT sangat efektif dalam mengatasi enochlophobia. Terapi ini berfokus pada membantu penderita mengidentifikasi dan menantang pikiran negatif yang menyebabkan ketakutan berlebihan mereka. Melalui terapi ini, individu dilatih untuk menggantikan pola pikir negatif dengan cara berpikir yang lebih realistis dan positif. Selain itu, mereka juga diajarkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam untuk mengatasi gejala fisik kecemasan.
Terapi eksposur juga direkomendasikan oleh Dr. Firestone sebagai salah satu solusi yang ampuh. Terapi ini melibatkan paparan bertahap terhadap situasi yang menakutkan dalam lingkungan yang aman dan terkendali. Misalnya, penderita mungkin mulai dengan membayangkan diri mereka berada di keramaian, lalu secara bertahap menghadapi situasi yang sebenarnya. Dengan paparan bertahap ini, otak akan belajar untuk merespons dengan lebih tenang terhadap situasi yang sebelumnya memicu ketakutan.
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan seperti antidepresan atau obat penenang juga bisa membantu, terutama jika kecemasan yang dialami sangat parah. Namun, para ahli sepakat bahwa obat-obatan ini sebaiknya digunakan bersamaan dengan terapi psikologis untuk hasil yang lebih efektif dan jangka panjang.
Langkah Menuju Pemulihan
Enochlophobia mungkin terlihat seperti hambatan besar, tetapi dengan dukungan yang tepat, penderita dapat mengatasinya dan kembali menjalani kehidupan yang lebih bebas. Para ahli seperti Dr. Beck dan Dr. Firestone menekankan pentingnya mencari bantuan profesional, berbicara secara terbuka tentang ketakutan yang dialami, dan berkomitmen untuk melalui proses pemulihan. Terapi kognitif-perilaku, terapi eksposur, serta dukungan dari keluarga dan teman bisa membantu individu yang mengalami enochlophobia untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
Pada akhirnya, menghadapi enochlophobia adalah tentang menemukan keberanian untuk melawan ketakutan yang sudah lama membelenggu. Dengan pendekatan yang tepat dan kesabaran, penderita bisa kembali menemukan ketenangan di tengah keramaian yang dulu begitu mereka takuti. Pendekatan yang simpatik (sebagai seorang guru misalnya) dapat membantu seorang siswa yang merasa takut berada dalam keramaian (banyaknya teman kelas) bisa menolongnya untuk sembuh. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil.
Sumber Bacaan
https://beckinstitute.org/blog/new-to-cbt-three-pieces-of-advice-from-dr-judith-beck/
https://www.healthline.com/health/mental-health/enochlophobia
https://id.welcometonewlife.org/mental-health-enochlophobiaGPV
https://www.godigit.com/medical-conditions/enochlophobia
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H