Dalam kajian ini, Norbertus Labu kemungkinan besar mengeksplorasi bagaimana pemimpin setempat dapat mengintegrasikan teknologi modern dengan praktik-praktik tradisional untuk mengatasi tantangan tersebut. Misalnya, teknik pertanian organik yang semakin populer saat ini dapat dikombinasikan dengan praktik-praktik lokal yang telah terbukti efektif dalam menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan ekosistem.
Selain itu, dengan adanya dukungan dari kepemimpinan yang kuat, petani di Ngada dapat lebih mudah beradaptasi dengan perubahan iklim dan memanfaatkan peluang pasar yang semakin terbuka bagi produk-produk hortikultura organik. Ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal secara keseluruhan.
Pembelajaran Sosial dan Transformasi Kepemimpinan
Pembelajaran sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan model kepemimpinan ini. Melalui pembelajaran sosial, masyarakat tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga aktif terlibat dalam proses transformasi dan pengembangan diri. Ini menciptakan ruang bagi dialog antara pengetahuan tradisional dan pengetahuan modern, yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan lokal.
Dalam disertasinya, Norbertus Labu kemungkinan menekankan bagaimana pembelajaran sosial ini dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk pemimpin yang responsif terhadap perubahan dan kebutuhan masyarakat. Pemimpin yang lahir dari proses ini tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mengorganisir, tetapi juga memiliki kesadaran kritis yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang bijak dan berkelanjutan.
Implikasi dan Relevansi Disertasi
Disertasi ini memiliki relevansi yang luas, tidak hanya bagi Kabupaten Ngada, tetapi juga bagi banyak wilayah lain di Indonesia yang memiliki kekayaan kearifan lokal namun menghadapi tantangan yang sama dalam pengembangan sektor pertanian. Model kepemimpinan yang diusulkan oleh Norbertus Labu bisa menjadi contoh bagaimana kearifan lokal dapat dijadikan sebagai fondasi dalam mengembangkan kepemimpinan yang mampu menghadapi tantangan global.
Lebih jauh lagi, dalam konteks global, disertasi ini menawarkan wawasan baru tentang bagaimana kearifan lokal dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Ketika dunia menghadapi krisis lingkungan yang semakin akut, pendekatan berbasis kearifan lokal seperti yang diusulkan dalam disertasi ini menjadi semakin relevan dan mendesak untuk diadopsi.
Sebuah Harapan Baru untuk Kepemimpinan dan Pertanian Berkelanjutan
Disertasi Norbertus Labu dengan judul Konstruksi Model Kepemimpinan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal dalam Pengembangan Pertanian Hortikultura di Kabupaten Ngada: Kajian Pembelajaran Sosial ini, tidak hanya menawarkan sebuah model baru dalam kepemimpinan lingkungan tetapi juga memberikan harapan baru bagi pengembangan pertanian yang berkelanjutan. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan pembelajaran sosial, model ini berpotensi untuk menciptakan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek tetapi juga pada keberlanjutan jangka panjang.
Ini adalah sebuah pengingat bahwa di tengah derasnya arus modernisasi, kearifan lokal tetap memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Dan dalam konteks Kabupaten Ngada, disertasi ini menjadi sebuah panggilan untuk kembali ke akar, memanfaatkan warisan budaya yang kaya untuk membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H