TELLS YOU THE THRUTH WITH YOU NEED HEAR ITÂ
(Menyampaikan Padamu Kebenaran Yang Ingin Kamu Dengarkan)
Â
"Sahabat yang baik akan menyampaikan kebenaran pada sahabatnya, sekalipun yang disampaikan itu adalah hal-hal yang negatif" (ABJE).
Â
Penting untuk diketahui....
Setelah lebih dari sebulan, sore ini saya memulai serial tentang 26 sosok sahabat. Sore ini kita akan berkenalan dengan sosok sahabat kedua puluh yang kita jumpai di dalam hidup kita. Sosok itu bisa saja Anda bagi sahabat Anda.
Â
Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu. Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.
Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang, lebih menyakitkan apabila kamu dilupakan oleh kekasihmu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.
Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk mengetahui bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak "worth it" sekarang, dia tidak akan pernah "worth it" setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Jadi, biarkan dia pergi....... (tulisan ini saya lupa di media mana saya mengutipnya, yang pasti bukan dari saya)
Penting untuk direnungkan....
Menyampaikan suatu kebenaran bukanlah hal yang gampang. Apalagi dalam era globalisasi dan persaingan bebas ini, kebenaran semakin mahal dan langka saja. Seiring dengan mahalnya peradaban manusia, semakin mahal pula nilai-nilai kebenaran. Lihatlah, betapa kebohohan dengan mudah diumbar di media massa baik cetak maupun elektronik. Lihatlah, betapa kebohongan dengan mudah diumbar oleh para pejabat publik yang seharusnya menjadi pelayan kebenaran. Lihatlah, kebohongan melanda "lembaga-lembaga birokrasi agama" sehingga Dana Haji pun dikorupsi. Lihatlah, kebohongan melanda para wakil rakyat, yang demi alasan pelayanan pada masyarakat dengan mudahnya menaikkan gaji dan rapelan. Lihatlah, kebohongan kian melanda dunia pendidikan, sehingga ada guru yang memperjual-belikan soal-soal ujian atau pejabat yang mengkorupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS). Lihatlah, kebohongan kian melanda keluarga-keluarga, yang "katanya" demi perbaikan ekonomi, demi derajat hidup kaum wanita, demi kesetaraan gender, melakukan silungkuh berbalas selingkuh. Akibatnya anak-anak yang menjadi korban perceraian dan egoisme orang tua. Lihatlah, kebohongan melanda kaum muda, yang demi alasan cinta melakukan hubungan seks bebas. Akibatnya kasus aborsi di kalangan muda ini semakin meningkat. Lihatlah,... lihatlah,...banyak kasus kebohongan melanda hidup kita.
Seorang sahabat yang baik tentu tidak akan mengembangkan relasi yang penuh kebohongan dan kemunafikan. Sahabat yang baik akan menyampaikan kebenaran pada sahabatnya, sekalipun yang disampaikan itu adalah hal-hal yang negatif. Sahabat yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi sahabatnya, sekalipun rasanya "kecut" dan mengejutkan. Saya ingin menggambarkan bagaimana seorang sahabat berusaha menyampaikan kebenaran melalui puisi berikut.
Cinta yang memberi
Mencintai itu adalah saling memberi
Mencitai berarti membuat yang berarti
            menjadikan seseorang berguna,
                        dihargai,
                        dihormati adanya,
            membuat hidup terasa berbuah,
                        berisi
                        bermanfaat
            membuat hidup terasa lebih hidup
            manusia semakin manusiawi.
Dan...dalam saling memberi itu
      kita menemukan Tuhan
Sebab Dia adalah Cinta yang memberi.
(Alfred B. Jogo Ena, Mahazoarivo, 10 Februari 1999).
Puisi di atas saya rangkaikan ketika mendengar sebuah "curahan hati" (curhat) dari seorang rekan serumah asal Madagascar. Dia mengeluh bahwa setiap hari Jumat, saya dan teman asal Indonesia selalu ke KBRI di Anakely, Antananarivo. Dalam kejujurannya, saya menangkap bahwa keluhan itu merupakan keluhan atas keluhan. Dia menyampaikan terus terang bahwa dengan sering pergi ke KBRI berarti kami belum bisa menerima mereka secara penuh. Menerima di sini bisa diartikan: dalam hal makanan, pergaulan, suasana dan terutama budaya mereka. Sejak keluhan teman itu, kami menjadi jarang bahkan hampir tidak pernah ke KBRI lagi sampai kembali ke Indonesia tahun 2000. Di sini saya ingin menyatakan bahwa, kejujuran seorang sahabat dalam menyampaikan sesuatu, akan sangat membantu kita dalam memperbaiki diri.
Kebenaran apapun, kalau disampaikan secara pribadi sangat membantu kita untuk membuka diri menuju perbaikan. Dan tidak berhenti pada perbaikan, tetapi perubahan yakni kita memulai untuk hidup secara baru pula. Itulah indahnya kebenaran yang disampaikan oleh seorang sahabat. Â (abje)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H