Sejak saya SD hampir 40 tahun lalu, saat SMP dan SMA, setiap menjelang hari ulang tahun kemerdekaan (17 Agustus) selalu diisi dengan aneka kegiatan atau perlombaan. Semuanya berpuncak dengan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus. Tidak ada yang istimewa selain seremoni yang terus berulang dengan variasi kemasan yang berbeda.Â
Satu pertanyaan filosofis yang patut diajukan adalah "Apakah semua kegiatan itu berkorelasi dengan penanaman nilai-nilai hidup berbangsa yang sungguh menghargai perjuangan para pahlawan yang kita kenangkan dalam upacara itu?" Jika kita katakan berkorelasi ada tanya lanjutan "Mengapa praktik korupsi, kolusi dan nepotisme justru makin subur dewasa ini?"
Memang harus kita akui bahwa upacara peringatan penting dilakukan sejak SD. Sebab kebiasaan seperti ini merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme, nasionalisme, dan rasa cinta tanah air kepada anak-anak.Â
Upacara peringatan kemerdekaan juga dianggap sebagai cara untuk mengenalkan anak-anak pada sejarah bangsa, membentuk karakter, serta mendidik mereka tentang pentingnya menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara.
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Dewi Fortuna Anwar, M.A., seorang peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), upacara peringatan kemerdekaan memiliki peran penting dalam pendidikan karakter dan pembentukan identitas nasional anak-anak. Menurutnya, melalui upacara tersebut, anak-anak belajar tentang bagaimana menghargai nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila dan UUD 1945, serta tentang bagaimana menghormati simbol-simbol kenegaraan seperti bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Menerjemahkan nilai-nilai tersebut secara konkret dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menjadikan upacara peringatan kemerdekaan sebagai sarana pembelajaran aktif bagi anak-anak. Misalnya, guru dapat memberikan penjelasan tentang makna dari setiap bagian upacara, seperti mengibarkan bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dan membaca teks proklamasi.
Selain itu, guru juga dapat mendorong anak-anak untuk melakukan refleksi setelah upacara, baik secara individu maupun kelompok, tentang apa yang mereka pelajari dan rasakan selama upacara. Ini dapat membantu anak-anak untuk lebih memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang disampaikan melalui upacara tersebut. Supaya selepas upacara ada nilai yang mereka catat, ada kenangan yang membekas, ada pengalaman yang mengajari tentang arti merdeka. Bahwa 17 Agustus bukan sekadar salah satu hari dalam setahun, tetapi sebuah hari yang menjadi tonggak berdirinya Indonesia menjadi sejajar dengan bangsa lain: NEGARA YANG MERDEKA DAN BERDAULAT menentukan nasibnya sendiri. Bukan lagi berdiri di bawah ketiak penjajah.