Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Istana Kelelawar

13 Agustus 2024   22:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timo mendongak, melihat simbol gagak di puncak pohon. Ada sesuatu yang aneh pada simbol itu. Gagak itu tampak hidup, dengan mata yang seolah-olah mengikuti setiap gerakannya. Hawa dingin merambat di punggungnya, namun Timo tak mundur. Ia mendekat, menyentuh batang pohon yang kasar dan tua. Seketika, ia merasakan ada sesuatu yang bergetar di dalam pohon itu---seolah-olah ada kehidupan yang tersembunyi di balik kulit kayunya yang tebal.

Tanpa berpikir panjang, Timo mulai memanjat. Tangannya yang kokoh mencengkeram cabang-cabang yang kuat, dan kakinya mencari pijakan yang aman. Makin tinggi ia memanjat, makin jelas ia melihat kelelawar-kelelawar yang bergantungan di cabang-cabang atas, seolah-olah menunggu isyarat untuk keluar dan berpesta. Namun, Timo terus mendaki, sampai akhirnya ia mencapai puncak, tempat simbol gagak berada.

Di sana, di puncak pohon randu raksasa, Timo menemukan sebuah pintu kecil yang tersembunyi di balik simbol gagak. Pintu itu terbuat dari kayu yang sama dengan simbol tersebut, dan di atasnya terdapat ukiran-ukiran aneh yang tak dapat Timo pahami. Tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk membuka pintu itu, sebuah dorongan yang tak bisa ia abaikan.

Dengan tangan gemetar, Timo membuka pintu itu. Dan di baliknya, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang dipenuhi cahaya redup. Di tengah ruangan, duduk seorang wanita tua, dengan rambut putih panjang yang terurai ke lantai. Wajahnya tertutup bayangan, namun matanya bersinar seperti bintang di malam hari. Timo merasa tubuhnya membeku, tidak bisa bergerak, seolah-olah wanita tua itu telah mengikatnya dengan tatapannya.

"Selamat datang di Istana Kelelawar," suara wanita tua itu terdengar seperti bisikan angin malam. "Aku sudah menunggu kedatanganmu, Timo."

"Tunggu... bagaimana kau tahu namaku?" Timo tergagap, kebingungan.

Wanita tua itu tertawa pelan, suara tawanya terdengar seperti ribuan kelelawar yang mengepakkan sayap. "Aku tahu banyak hal, anak muda. Termasuk rahasia yang kau cari."

Timo menelan ludah, hatinya berdegup kencang. "Apa rahasia itu?"

Wanita tua itu memiringkan kepalanya, seolah-olah menimbang jawaban yang akan diberikan. "Rahasia ini adalah tentang kebohongan yang menyelimuti pulau ini, kebohongan yang sama kelamnya dengan malam ketika kelelawar-kelelawar berpesta. Orang-orang yang datang ke sini selalu mencari kebenaran, tapi yang mereka temukan hanyalah kegelapan. Kelelawar-kelelawar ini... mereka bukanlah makhluk biasa. Mereka adalah penjaga kegelapan, penenun kebohongan yang menyelimuti dunia ini."

"Dan apa peranmu di sini?" tanya Timo, suaranya gemetar.

"Aku adalah Ratu Kegelapan," jawab wanita tua itu dengan senyum tipis. "Aku yang menjaga rahasia ini, menjaga agar kegelapan tetap tersembunyi di balik kebohongan yang indah. Kau sudah terlalu jauh, Timo. Sekarang, kau adalah bagian dari kebohongan ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun