Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Necrophobia: Ketakutan Terhadap Orang Mati

12 Agustus 2024   14:26 Diperbarui: 12 Agustus 2024   14:27 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Necrophobia: Ketakutan Terhadap Orang Mati

Sampai dengan kelas 1 SMP, saya sebenarnya termasuk seorang yang takut akan orang meninggal. Meski yang meninggal jauh, kalau masih satu desa atau pernah kenal, saya akan sulit tidur malam. Kalau tidur lampu harus nyala sampai pagi. Semuanya berubah ketika saat libur di kampung di Boawae, Nagekeo. Saat itu nenek besar (Mama besar dari bapak) sedang sakratulmaut. Dia menunggu semua anak cucunya. Saya dan almarhum Bapak yang saat itu sedang di rumah kerabat dipanggil untuk segera pulang.

Saat di hadapan nenek, kami diminta meminta berkat dengan cara mengambil dengan jempol air liur nenek kemudian membuat tanda salib di dahi kami. Setiap anak dan cucu yang ada melalukan yang sama. Ketika giliran saya, Bapak membisik pada nenek agar memberi berkat karena saya akan masuk seminari (sekolah calon pastor). Baru selesai membuat tanda salib di dahi dengan air liur nenek, nenek segera menghembuskan nafasnya yang terakhir. Boleh dikatakan nenek meninggal persis di hadapan saya dan Bapak. Sejak itu ketakutan perlahan terkisis. Semakin dikuatkan (sembuh) justru saat harus menerima kenyataan Bapak meninggal dalam pelukan saya setelah sekian tahun dari kepergian Nenek Besar.

Selain itu, di kampung-kampung di Flores kebanyakan makam berada di samping rumah masing-masing (dewasa ini sudah mulai dilarang oleh pemda setempat agar setiap orang yang meninggal dikuburkan di pekuburan/pemakaman umum) sering menjadi bahan untuk menakut-nakut anak-anak. Kalau nakal nanti opa, oma, dan leluhur yang lain akan bangun dari kubur. Hal ini secara psikologis justru tertanam dalam memori anak dan menyebabkan ketakutan. Meski harus objektif juga bahwa setiap orang memiliki alasan yang berbeda untuk merasa takut kepada orang mati.

Dalam psikologi ketakutan terhadap orang mati dikenal sebagai necrophobia. Ini merupakan bentuk spesifik dari fobia yang mencakup ketakutan irasional dan berlebihan terhadap mayat, pemakaman, atau hal-hal yang berkaitan dengan kematian. Meskipun banyak orang merasa tidak nyaman ketika berhadapan dengan kematian atau jenazah, necrophobia melibatkan ketakutan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

(verywellmind.com)
(verywellmind.com)

Apa Penyebabnya?

Penyebab necrophobia sering kali bervariasi, tetapi biasanya terkait dengan pengalaman traumatis atau paparan berulang terhadap kematian atau hal-hal yang berhubungan dengannya. Pengalaman seperti kehilangan orang yang dicintai, menyaksikan kematian, atau bahkan eksposur terhadap media yang menampilkan kematian secara grafis dapat memicu fobia ini. Menurut Dr. Martin Antony, seorang profesor psikologi di Ryerson University, necrophobia juga bisa dipicu oleh faktor budaya dan religius yang memperkuat pandangan bahwa kematian adalah sesuatu yang menakutkan atau tabu.

Selain itu, beberapa orang mungkin lebih rentan mengembangkan necrophobia karena predisposisi genetik atau kondisi kecemasan yang sudah ada sebelumnya. Ketakutan ini bisa diperburuk oleh ketidakpastian tentang kehidupan setelah mati, keyakinan bahwa arwah orang mati bisa menghantui yang masih hidup, atau mitos lain yang mempengaruhi persepsi mereka tentang kematian.

Apa Ciri-Cirinya?

Mengenali necrophobia pada seseorang melibatkan mengamati reaksi fisik dan emosional mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kematian. Beberapa ciri khas termasuk:

1. Ketakutan yang kuat dan berlebihan ketika melihat atau mendengar tentang mayat. 

2. Menghindari pemakaman, rumah sakit, atau tempat-tempat lain yang terkait dengan kematian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun