Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Putraku Pernah Alami Cynophobia

9 Agustus 2024   11:30 Diperbarui: 9 Agustus 2024   13:00 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(i.pinimg.com)
(i.pinimg.com)

Ketiga, Faktor Genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengalami fobia dapat diwariskan. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan fobia lebih mungkin mengembangkan fobia sendiri, termasuk cynophobia. Faktor genetik dapat berperan dalam perkembangan cynophobia, seperti halnya dengan banyak jenis fobia lainnya. 

Penelitian menunjukkan bahwa ada kemungkinan kecenderungan untuk mengalami fobia dapat diwariskan. Ini berarti bahwa jika ada anggota keluarga yang memiliki fobia, termasuk cynophobia, individu lain dalam keluarga tersebut mungkin lebih rentan untuk mengembangkan fobia yang serupa.

Meskipun genetik dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap fobia, ini tidak berarti bahwa fobia pasti akan berkembang. Faktor lingkungan, pengalaman pribadi, dan pembelajaran sosial juga memainkan peran penting dalam pembentukan fobia. Namun, memahami bahwa ada komponen genetik dapat membantu individu dan keluarga lebih waspada dan proaktif dalam mengatasi ketakutan yang mungkin muncul.

Untuk mengelola potensi risiko genetik ini, pendekatan yang baik adalah menyediakan lingkungan yang positif dan mendukung, di mana pengalaman negatif dengan anjing dapat diminimalkan dan interaksi yang aman dan menyenangkan dengan anjing dapat diperkenalkan. Jika fobia berkembang, konsultasi dengan profesional kesehatan mental dapat membantu dalam merancang strategi yang sesuai untuk mengatasi ketakutan tersebut.

Keempat, Faktor Kultural. Dalam beberapa budaya, anjing mungkin dianggap kotor atau berbahaya, yang dapat berkontribusi pada pengembangan ketakutan ini. Faktor kultural dapat memainkan peran penting dalam perkembangan cynophobia. 

Dalam beberapa budaya, anjing mungkin dianggap sebagai makhluk yang kotor atau berbahaya, dan pandangan ini dapat memengaruhi cara individu dalam budaya tersebut merespons anjing. Persepsi negatif ini bisa berakar pada norma sosial, keyakinan agama, atau sejarah budaya tertentu yang memandang anjing dengan ketidakpercayaan atau ketidaknyamanan.

Pandangan budaya semacam ini dapat diturunkan dari generasi ke generasi, membentuk cara anak-anak dibesarkan dan bagaimana mereka diajari untuk berinteraksi dengan anjing. Misalnya, jika masyarakat secara umum menghindari interaksi dengan anjing atau menganggap anjing sebagai ancaman, individu dalam budaya tersebut mungkin mengembangkan ketakutan yang serupa, meskipun mereka tidak memiliki pengalaman negatif secara langsung dengan anjing.

Gejala Cynophobia

Gejala cynophobia bervariasi tergantung pada tingkat keparahan fobia. Adapun gejala umum yang secara kasat mata dapat kita lihat atau alami sendiri antara lain:

1) Kecemasan Intens. Merasa cemas atau panik saat melihat atau mendengar anjing. Kecemasan intens adalah salah satu gejala utama yang dialami oleh seseorang dengan cynophobia. Individu yang mengalami fobia ini sering merasakan kecemasan atau kepanikan yang kuat saat melihat atau mendengar anjing. Reaksi ini tidak hanya terbatas pada situasi di mana anjing hadir secara fisik, tetapi juga bisa dipicu oleh gambar, suara, atau bahkan pemikiran tentang anjing.


Ketika menghadapi situasi yang memicu ketakutan, tubuh bereaksi seolah-olah berada dalam bahaya nyata, meskipun ancaman sebenarnya mungkin tidak ada. Gejala fisik yang mungkin menyertai kecemasan ini meliputi peningkatan detak jantung, kesulitan bernapas, berkeringat, gemetar, dan perasaan ingin melarikan diri.


Perasaan cemas yang intens ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, membatasi kemampuan seseorang untuk beraktivitas di lingkungan di mana anjing mungkin ada. Untuk mengatasi kecemasan ini, pendekatan yang efektif melibatkan terapi yang terfokus pada desensitisasi terhadap pemicu ketakutan, seperti terapi paparan dan terapi kognitif-perilaku. Dengan dukungan yang tepat, individu dapat belajar untuk mengelola kecemasan mereka dan mengurangi dampaknya pada kehidupan mereka.

2) Reaksi Fisik. Reaksi fisik adalah gejala umum yang dialami oleh seseorang dengan cynophobia saat berhadapan dengan anjing. Ketika rasa takut muncul, tubuh merespons seolah-olah menghadapi ancaman yang nyata, yang memicu respons "fight or flight" (lawan atau lari). Reaksi ini adalah mekanisme pertahanan alami tubuh untuk menghadapi bahaya, meskipun dalam kasus fobia, respons ini bisa terjadi meskipun ancaman sebenarnya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun