Kopi Malam Jumat
Persiapan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-79 rencana akan dilangsungkan di IKN. Tetapi untuk sebuah moment penting begini saja beritanya simpang siur seperti mitos malam Jumat yang melegenda. Darah dan keringat para pejuang yang mengiringi kemerdekaan seperti hanya sebuah seremoni bagi pejabat abad ini. Lihat saja berita di tiga link yang saya kopikan ini,
https://nasional.kompas.com/read/2024/08/07/09434331/saat-istana-benarkan-sewa-ratusan-mobil-untuk-hut-ri-di-ikn-tapi dan https://nasional.tempo.co/read/1900841/istana-bantah-sewa-1-000-mobil-vvip-untuk-upacara-17-agustus-di-ikn juga https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7477864/penjelasan-lengkap-kemensetneg-soal-sewa-mobil-buat-upacara-17-agustus-di-ikn
Tidak ada satu pun yang membahas tentang ESENSI KEMERDEKAAN, mengapa perayaan kemerdekaan dilakukan di kota yang masih prematur, yang telah menelan banyak anggaran setelah gegap gempita kampanye yang berujung sepi.
Saya menggambarkan kesimpang-siuran itu dalam puisi di bawah ini:
Di malam Jumat, kabar datang menyeruak,
Seribu mobil disewa, pesta mewah dikejar,
Belasan miliar melayang, rakyat tercekik sesak.
Rakyat bergumam di tengah gelap,
Kopi pahit menari di bibir,
Nama besar dan kemewahan, benarkah itu yang dikejar?
Kopi malam Jumat ini pekat,
Seperti berita yang menggema,
Mengundang tanya, siapa yang berpesta, siapa yang terlupakan?
Berita mengenai "pesta kemerdekaan" di Ibu Kota Negara (IKN) yang memakan biaya besar seperti bayangan misterius di malam Jumat Kliwon telah menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Isu sewa seribu mobil untuk upacara tersebut, dengan total biaya mencapai belasan miliar rupiah, mengundang kritik dan pertanyaan mengenai prioritas pengeluaran pemerintah. Bagi sebagian orang, angka ini dianggap sebagai bentuk pemborosan yang tidak sejalan dengan kondisi ekonomi rakyat saat ini. Fenomena ini menciptakan kegelisahan publik, seakan menonton drama horor di malam yang penuh mistik.
Isu ini mencuat di tengah berbagai tantangan ekonomi yang sedang dihadapi masyarakat, seperti inflasi, kenaikan harga kebutuhan pokok, dan dampak pandemi yang masih terasa. Banyak yang mempertanyakan kebijakan anggaran pemerintah, terutama ketika dihadapkan pada kebutuhan mendesak lainnya yang lebih prioritas. Bagi masyarakat, berita ini ibarat horor nyata di malam Jumat Kliwon, sebuah pengingat akan jurang antara kebutuhan rakyat dan kemewahan yang tampak di permukaan.
Pemerintah, di sisi lain, mungkin memiliki alasan tersendiri dalam pengambilan keputusan ini. Investasi besar dalam acara seremonial dan fasilitas di IKN bisa dilihat sebagai upaya memperkuat citra nasional dan menarik perhatian internasional terhadap proyek ambisius ini. Mereka mungkin berargumen bahwa hal ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pembangunan IKN mendapat dukungan yang diperlukan, baik dari segi finansial maupun politik.
Namun, transparansi dan komunikasi yang jelas dari pihak pemerintah sangat diperlukan untuk mengurangi kekhawatiran publik. Tanpa penjelasan yang memadai, muncul persepsi bahwa pengeluaran besar ini hanyalah untuk kepentingan segelintir pihak, sementara sebagian besar rakyat masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil tidak hanya berdasarkan kepentingan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang masyarakat.
Berita tentang biaya besar dalam "pesta kemerdekaan" di IKN menyentuh isu sensitif mengenai keadilan sosial dan pengelolaan anggaran negara. Rakyat berhak mengetahui alasan di balik keputusan tersebut dan bagaimana hal itu akan memberikan manfaat yang nyata bagi mereka. Keterbukaan dalam hal ini dapat mengurangi kesenjangan persepsi antara pemerintah dan rakyat, serta memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan di IKN benar-benar membawa manfaat bagi semua pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H