Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbentur Pintu Umur

6 Agustus 2024   22:35 Diperbarui: 6 Agustus 2024   22:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TERBENTUR PINTU UMUR

 

Di sudut kota Jakarta yang sibuk, seorang pemuda bernama Bima baru saja meraih gelar sarjana dari universitas ternama. Bima merasa sangat bersemangat untuk memulai perjalanan barunya di dunia kerja. Semangat itu perlahan terkikis oleh kenyataan yang dihadapinya.

Bima duduk di meja tamu di rumahnya, menatap layar komputer yang penuh dengan iklan lowongan pekerjaan. Ia melihat satu demi satu persyaratan yang tertera di sana. "Usia maksimal 25 tahun," "Pengalaman kerja minimal 2 tahun," dan kalimat-kalimat serupa lainnya terus menghantuinya. Padahal, Bima baru saja berulang tahun ke-21 dan belum memiliki pengalaman kerja yang signifikan selain magang selama kuliah.

Hari itu, ia menghadiri wawancara di sebuah perusahaan besar. Ia berharap ini akan menjadi kesempatan baginya untuk membuktikan bahwa meskipun usianya masih muda, ia bisa diandalkan. Ketika Bima duduk di hadapan pewawancara, ia berusaha sebaik mungkin menunjukkan keahlian dan antusiasmenya. Namun, akhirnya pewawancara berkata, "Kami mencari seseorang dengan lebih banyak pengalaman. Mungkin Anda bisa mencoba lagi setelah beberapa tahun."

Bima pulang dengan perasaan campur aduk. Di dalam angkot yang membawanya pulang, ia melihat sekeliling. Para penumpang lain tampak lelah, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ia berpikir, apakah dirinya akan menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa arah, seperti sebagian dari mereka?

Selama di kampus, Bima selalu berusaha aktif dalam berbagai kegiatan. Ia terlibat dalam organisasi mahasiswa, menjadi asisten dosen, dan sering mengikuti seminar untuk memperluas wawasannya. Namun kini, semua usaha itu terasa sia-sia. Bima merasa kecewa karena kerja kerasnya selama ini belum membuahkan hasil.

Keesokan harinya, Bima memutuskan untuk mengunjungi kafe favoritnya, tempat ia biasanya menemukan inspirasi. Di sana, ia bertemu dengan Tia, seorang teman lama yang juga baru lulus. Tia bekerja sebagai freelancer dan tampaknya menikmati pekerjaannya. Mereka berbincang panjang lebar tentang masa depan dan tantangan yang dihadapi.

(dokpri: GemAIBOT)
(dokpri: GemAIBOT)

"Kadang-kadang aku merasa kita terlalu dibatasi oleh angka," kata Tia. "Entah itu usia, pengalaman, atau nilai. Padahal, kita punya potensi yang lebih dari sekadar itu."

Percakapan dengan Tia membangkitkan semangat Bima. Ia mulai berpikir bahwa mungkin ada cara lain untuk menunjukkan kemampuannya. Bima memutuskan untuk memanfaatkan keahliannya di bidang desain grafis dan memulai proyek kecil-kecilan. Ia membuat portofolio online dan mulai menawarkan jasa desainnya melalui media sosial.

Seiring berjalannya waktu, klien mulai berdatangan. Bima merasa lebih bersemangat setiap kali menerima proyek baru. Meskipun belum sesuai dengan pekerjaan impiannya, setidaknya ia bisa mengasah keterampilan dan menambah pengalaman.

Suatu hari, Bima menerima pesan dari sebuah perusahaan start-up yang tertarik dengan karyanya. Mereka menawarkan kesempatan bagi Bima untuk bergabung sebagai desainer grafis lepas. Ini adalah titik balik bagi Bima. Ia merasa diterima bukan karena usia atau pengalaman kerja yang panjang, tetapi karena karyanya yang berbicara.

Bima menyadari bahwa batasan usia bukanlah akhir dari segalanya. Ia belajar bahwa setiap orang memiliki jalan yang berbeda untuk mencapai impian mereka. Terkadang, kita harus berani keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru untuk menemukan jalan kita sendiri.

Bima merenung dan menyimpulkan apa yang ia alami. Ia mulai yakin bahwa kadang ketika satu pintu masuk (depa) ke sebuah peluang tertutup maka jangan takut untuk keluar lewat pintu belakang atau bahkan lewat jendela. Perlu terobosan dan keberanian untuk mencapai yang diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun