Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Dinasti seperti Cendawan di Musim Hujan

5 Agustus 2024   16:42 Diperbarui: 5 Agustus 2024   16:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keenam, Pengembangan aliansi dan koalisi. Aliansi ini biasanya dilakukan dengan membangun aliansi dengan kelompok politik lain untuk memperluas basis dukungan dan mengurangi oposisi, atau dengan melakukan negosiasi dan kompromi dengan elite politik dan ekonomi untuk mendapatkan dukungan dan mempertahankan kekuasaan.

Dengan memanfaatkan mekanisme-mekanisme ini, dinasti politik dapat mempertahankan dan memperluas kekuasaan mereka, meskipun sering kali mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang baik. Reformasi sistem politik dan peningkatan kesadaran publik adalah kunci untuk mengurangi pengaruh dinasti dan mendorong praktik politik yang lebih demokratis dan adil.

(tirto.id)
(tirto.id)

Bagaimana Memutus Mata Rantai Dinasti Politik?

Memutus mata rantai dinasti politik memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai aspek, baik dari sisi regulasi, pendidikan, maupun kesadaran masyarakat. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencapai tujuan ini:

Pertama, Reformasi regulasi dan kebijakan melalui 1) Pembatasan masa jabatan. Memperketat aturan mengenai batasan masa jabatan bagi pejabat publik dapat mencegah konsentrasi kekuasaan pada satu keluarga. Buatlah undang-undang agar yang boleh menjadi bupati, wali kota atau gubernur bukanlah mereka yang ada hubungan keluarga dengan petahana. Tapi melihat fenomena undang-undang yang mudah direvisi demi kepentingan politik dinasti maka akan sulit terwujud. 

2) Transparansi proses pemilihan. Meningkatkan transparansi dalam proses pemilihan, termasuk pembiayaan kampanye, agar proses lebih adil dan mengurangi pengaruh uang dalam politik. Kenyataan berkata sebaliknya. Politik uang atau bantuan sosial seringkali menjadi senjata paling ampuh meraih suara dari para pemilih. Mereka yang memiliki uang tak berseri akan dengan mudah melenggang ke persaingan berikutnya. 

3) Aturan konflik kepentingan. Menerapkan aturan yang ketat mengenai konflik kepentingan untuk mencegah anggota keluarga pejabat menjabat posisi strategis yang dapat memengaruhi keputusan politik. Lagi-lagi ini seperti punguk merindukan bulan. Selama integritas dan moralitas tidak menjadi landasan persaingan, maka sia-sialah upaya apapun.

Kedua, Peningkatan pendidikan dan kesadaran politik melalui dua hal ini: 1) Edukasi politik. Mendorong pendidikan politik sejak dini, baik di sekolah maupun di masyarakat, untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya partisipasi politik yang sehat. 2) Pemberdayaan masyarakat. Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses politik, termasuk melalui organisasi masyarakat sipil, untuk mengawasi dan menuntut akuntabilitas dari pemimpin mereka.

(halokendari.com)
(halokendari.com)

Ketiga, Penguatan lembaga dan sistem demokrasi dengan cara 1) Penguatan lembaga pengawas. Memperkuat lembaga pengawas pemilu dan anti-korupsi agar dapat menjalankan tugasnya secara independen dan efektif. Dan 2) Pembangunan partai politik yang sehat. Mendorong sistem partai politik yang demokratis dan akuntabel, sehingga calon pemimpin dipilih berdasarkan kapasitas dan integritas, bukan karena hubungan keluarga atau karena keuangan yang menggenggam (harga diri).

Keempat, Meningkatkan peran media dan teknologi dengan 1) nenggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya memilih pemimpin yang berkualitas dan bebas dari pengaruh dinasti. Dan 2) Mendorong jurnalisme investigatif untuk mengungkap praktek-praktek dinasti politik dan mendorong perubahan melalui tekanan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun