Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ekspektasi Tinggi Mestinya Lambungkan Prestasi

1 Agustus 2024   22:00 Diperbarui: 1 Agustus 2024   22:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

EKSPEKTASI TINGGI MESTINYA LAMBUNGKAN PRESTASI

Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang paling menjadi andalan bagi Indonesia hampir di semua ajang regional maupun internasional seperti Sea Games, Asian Games, Juara Dunia, bahkan Olimpiade. Sejak Olimpiade 1992 di Barcelona, Indonesia selalu menorehkan atau mempersembahkan medali. Sejak Susi Susanti di tunggal putri dan Alan Budikusuma di tunggal Putra, sampai dengan Olimpiade terakhir bulu tangkis Indonesia selalu memberikan gelar atau medali.

Namun yang terbaru, kekalahan Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie di babak penyisihan grup Olimpiade Paris 2024 memang menjadi pukulan bagi harapan Indonesia dalam meraih medali di ajang tersebut. Meski Indonesia sempat meraih prestasi gemilang di All England 2024 dengan keberhasilan dua tunggal putra, hasil di Olimpiade menunjukkan bahwa tantangan di kompetisi internasional semakin berat.

Mari kita tengok sejenak sebelum laga di Olimpiade ini. Dalam beberapa tahun terakhir, prestasi bulu tangkis Indonesia cenderung mengalami pasang surut. Selain itu, kegagalan meraih medali di Indonesia Open 2024 dua bulan lalu menambah tekanan bagi para atlet dan tim nasional untuk kembali menunjukkan performa terbaiknya di ajang-ajang mendatang.

Kekalahan beruntun yang dialami oleh para atlet bulu tangkis Indonesia di berbagai ajang internasional, termasuk Olimpiade, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik psikologis maupun non-psikologis. Saya masih ingat kata-kata pelatihnya Anthony Sinisuka Ginting sebelum yang sekarang. Dalam suatu pertandingan yang menegangkan melawan pemain China, si pelatih berkata kepada Ginting, "Ayo semangat beri perlawanan, jangan mau kalah begitu saja." 

Kata-kata ini bisa diredaksi seperti, ayo berjuang bila perlu sampai mati di lapangan. Jangn membiarkan lawan menang atasmu. Dan ternyata manjur. Ginting lalu bangkit meski kondisi cedera berat. Ia bisa memenangkan pertandingan setelah berjuang secara melelahkan selama tiga set. Hal ini yang kemarin hilang dari Ginting dan Jojo ketika mereka kalah di ajang Olimpiade. Mereka main seperti tanpa roh dan gairah, sehingga sering melakukan kesalahan sendiri.

Sesuai dengan ajuran redaksi Kompasiasan, kali ini kita mencoba membedah beberapa faktor yang mungkin berpengaruh mengapa prestasi cabang ini akhir-akhir ini merosot sekaligus mencari solusi yang dapat diterapkan.

(djarumbadminton.com)
(djarumbadminton.com)

Pertama, faktor-faktor penyebab kekalahan. Ada beberapa faktor yang mungkin saja terjadi antara lain: 1) Tekanan mental akibat ekspektasi yang tinggi. Atlet sering kali merasa tertekan untuk memenuhi harapan tinggi dari masyarakat dan federasi olahraga. Selain itu, bisa jadi karena adanya kejenuhan psikologis. Rangkaian pertandingan tanpa jeda yang cukup dapat menyebabkan kejenuhan mental. Apalagi atlet yang dikirim hampir yang itu-itu saja. Keseringan tampil selain menjadi tekanan juga menyebabkan kejenuhan. Seandainya mereka bisa menolak, mereka akan mengatakan, "Apakah tidak atlet lain sehingga harus saya lagi, saya lagi.

2) Persiapan fisik dan strategi. Karena terlalu sering bertanding maka rentan terjadi cedera. Cedera yang tidak sepenuhnya pulih atau kondisi fisik yang tidak optimal dapat mempengaruhi performa. Kemudian pengaruh strategi permainan yang kurang adaptif terhadap lawan atau kondisi lapangan dapat menjadi penghambat.

(newstempo.github.io)
(newstempo.github.io)

3) Adanya kompetisi yang ketat. Ketika yang tampil hanya orang-orang yang sama, lawan sudah menyiapkan strategi dan meningkatkan kualitasnya. Negara-negara lain mulai meningkatkan kualitas pemainnya, membuat persaingan lebih ketat. Seperti India yang dalam beberapa tahun terakhir ganda putra, tunggal putri dan tunggal putranya mulai banyak "berbicara" di ajang internasional. Sementara di kita, regenerasi tampak mandek. Entah yang salahnya di mana. Selian itu terjadi pula para pelatih dan pemain kurang berdaptasi dengan perubahan gaya permainan. Gaya bermain dan taktik di bulu tangkis terus berkembang, dan adaptasi yang lambat dapat menghambat kemenangan.

4) Faktor eksternal berupa kurangnya dukungan fasilitas. Fasilitas latihan yang tidak memadai dapat berdampak pada persiapan atlet dan manajemen dan pelatihan yang kurang optimal dapat mengurangi efektivitas persiapan. Beberapa pelatih kita yang mumpuni mulai meninggalkan pelatnas dan mulai melatih di luar negeri, sehingga mereka mengetahui titik lemah beberapa pemain Indonesia.

(nasional.kompas.com)
(nasional.kompas.com)

Kedua, solusi untuk meningkatkan prestasi. Ada beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan prestasi, sekurang-kurangnya mengembalikan sedikit kejayaan bulu tangkis seperti di masa-masa yang telah lalu:

1) Penguatan mental. Hal ini bisa dilakukan dengan atau melalui pelatihan psikologis. Pusat pelatihan perlu menyediakan pelatihan psikologis dan dukungan dari psikolog olahraga untuk mengatasi tekanan mental. Jika selama ini sudah berjalan, perlu adanya replacement person yang baru dan tepat. Yang sudah lama bisa digantikan dengan yang baru. Kelanjutannya adalah adanya program pemulihan psikologis. Hal ini dilakukan dengan memberikan waktu istirahat yang cukup dan program pemulihan mental antara turnamen.

2) Peningkatan fisik dan strategi. Kita sering melihat pemain yang turun ke lapangan penuh dengan plester atau bebat di pergelangan kaki, lutut atau betis, tangan dan lengan. Maka diperlukan pemulihan cedera yang optimal. Pelatih atau dokter fisik perlu menjamin waktu dan fasilitas pemulihan yang cukup untuk atlet yang cedera. Kemudian perlu pula memperbaiki strategi permainan melalui analisis pertandingan dan penyesuaian taktik sesuai dengan perkembangan terbaru.

3) Peningkatan Kompetisi Internal. Pada akhir tahun 2019 pernah terjadi polemik antara PT Djarum dengan KPAI soal cara pandang yang berbeda tentang audisi atau penjaringan bakat pemain bulu tangkis. Akibatnya Djarum sempat tidak melakukan audisi dan beasiswa bagi calon pemain bulu tangkis. Tentu ini berimbas pada berkurang atau melambatnya proses regenerasi di antara pemain. Sementara pemerintah seperti gagap untuk mengambil alih pembinaan ini. Semestinya segera mengadakan turnamen internal dengan hadiah menarik untuk meningkatkan persaingan dan kualitas pemain serta mulai fokus pada pengembangan atlet muda melalui akademi bulu tangkis dan pelatihan intensif.

(suara.com)
(suara.com)

4) Dukungan Fasilitas dan Manajemen. Indonesia tidak pernah kekurangan pelatih yang berkualitas. Tetapi dalam rangka pengembangan kualitas maka alangkahnya baik jika melakukan peningkatan kualitas fasilitas latihan dan mendatangkan pelatih internasional berkualitas serta mengembangkan sistem manajemen yang lebih profesional dan transparan untuk mendukung kebutuhan atlet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun