Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Manis Tak Langsung Ditelan, Pahit Tak Langsung Dibuang

1 Agustus 2024   12:21 Diperbarui: 1 Agustus 2024   12:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pontianak.tribunnews.com)

MANIS TAK LANGSUNG DITELAN,
PAHIT TAK LANGSUNG DIBUANG

 

Perhelatan Olimpiade 2024 yang berlangsung di Paris, Prancis pada 26 Juli hingga 11 Agustus diikuti seebanyak 206 negara bersaing pada 329 nomor dari 32 cabang olahraga. Indonesia sendiri mengirimkan 29 atlet di 12 cabor, dengan cabor andalannya Bulu Tangkis. Namun apa yang terjadi. 

Sampai dengan siang ini, satu per satu andalan bulu tangkis mulai tersingkir dari persaingan karena kalah. Seperti Jonathan Christie yang kalah dari tunggal putra India dan Ginting yang dikalahkan pemain tuan rumah. Kekalahan atlet yang diunggulkan terasa pahit. Lebih enak minum kopi pahit ketimbang menerima kenyataan bahwa para unggulan terpental lebih awal dari laga. Akankah bulu tangkis masih menjadi lumbung perolehan medali kali ini atau malah cabang olahraga lainnya? Dan sampai dengan siang ini, belum terlihat raihan medali dari cabor yang dimainkan atlet Indonesia.

Saya mencoba menggambarkan kekalahan andalan bulu tangkis dengan puisi berikut lalu mengulasnya secara sepintas.

 

KOPI PAHIT KAMIS SIANG

Pada lapangan hijau, harapan terurai,
Smes dan lob tak lagi menari riang,
Indonesia, andalan kita terdampar sunyi.

Kemenangan yang diimpi menguap, hilang,
Seperti kopi pahit di Kamis siang,
Tenggorokan kering, tak tertahankan.

Namun semangat takkan luruh begitu,
Para pahlawan berjuang sepenuh jiwa,
Menerima pahit dengan kepala tegak.

(tribunnews.com)
(tribunnews.com)

Puisi "KOPI PAHIT KAMIS SIANG" ini hendak menggambarkan kekecewaan dan kepahitan yang dirasakan ketika para atlet unggulan bulu tangkis Indonesia mengalami kekalahan di Olimpiade. Kemarin siang Jonathan Christie kalah dari pemain India, Lakhsya Sen sedangkan Anthony Sinisuka Ginting kalah dari pemain tuan rumah Toma Junior Popov. 

Bait pertama puisi ini mengibaratkan harapan yang selama ini dititipkan kepada para atlet terurai dan hilang. Dalam konteks bulu tangkis, yang sering menjadi andalan Indonesia, kehilangan ini sangat dirasakan, seperti saat menyaksikan permainan yang biasanya penuh semangat kini sunyi, lemah semangat juang dan kehilangan strategi berhadapan dengan lawan yang secara peringkat personal jauh di bawah mereka.

Pada bait kedua puisi ini hendak menggambarkan lebih dalam tentang kepahitan dari kekalahan tersebut, disamakan dengan rasa kopi pahit yang harus ditelan pada Kamis siang (saat tulisan ini dibuat atas kekalahan yang diderita kemarin dan semalam). 

Ini menandakan bahwa meskipun rasa kecewa dan pahit harus diterima, hal itu tetap sulit dihadapi, seperti minuman yang meninggalkan rasa kering di tenggorokan. Bagi pencinta rasa pahit, kekalahan tetaplah membawa sebuah pembelajaran yang berarti. Bagi pencinta rasa manis (ingin selalu menang dan bahagia) kekalahan ini terasa seret di tenggorokan, susah ditelan karena manisnya tinggallah ampas.

(garudasports.co.id)
(garudasports.co.id)

Pada bait terakhir, puisi ini menekankan bahwa meskipun mengalami kekalahan, semangat dan dedikasi para atlet tetap patut dihargai. Mereka telah berjuang keras dan memberikan yang terbaik. Pesan dari puisi ini adalah pentingnya menerima kenyataan dengan kepala tegak dan tidak membiarkan semangat menjadi runtuh meskipun harapan tidak tercapai. Ibarat kata, manis tak langsung ditelan, pahit tak langsung dibuang. Apapun perjuangan kita, selalu meninggalkan dua sisi: menang dan kalah. Yang lebih siap secara fisik dan mentallah yang akan menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun