OPERA MANUALIA: LATIHAN YANG BERKELANJUTAN
Di setiap sekolah selalu ada kebiasaan (meski waktunya berbeda sesuai kebutuhan) untuk "kerja tangan" atau opera manualia bagi siswa. Bisa untuk bersih-bersih kelas atau bersih-bersih lingkungan sekitar. Bagi siswa yang hidup berasrama (sekolah dan asrama berada dalam satu kompleks) kerja tangan menjadi hal yang biasa (karena bersifat wajib pada hari-hari tertentu dalam seminggu).
Pagi ini, (hari pertama saya masuk mengajar di sekolah ini dan sambil menunggu giliran jam pelajaran, saya menuliskan artikel kecil ini) pada jam pelajaran (jampel) pertama dan kedua siswa-siswi SMK Kesehatan Binatama Sleman Yogyakarta, melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, mulai dari ruangan kelas hingga halaman dan taman. Dengan didampingi para guru yang mengampu Pelajaran di jam itu, para siswa begitu antusias melakukan kerja baktu itu.
Kegiatan ini, selain sebagai sarana latihan untuk tanggap pada kebersihan lingkungan, juga menjadi media latihan kerjasama dalam kelompok bagi siswa. Kerja bakti itu mengajarkan beberapa nilai bagi siswa antara lain latihan tanggung jawab, kedisiplinan dan ketelitian. Selain itu, kerja tangan, kerja bakti atau kegiatan manual bagi siswa sekolah kejuruan (SMK) memiliki banyak manfaat dan aspek pembelajaran yang bisa diambil, antara lain:
Pertama, berkaitan dengan keterampilan teknis. Hal-hal teknis ini berkaitan dengan penggunaan dan penguasaan alat serta teknik penggunaannya yang benar. Bagi anak-anak di desa seperti di pedalaman Flores (daerah asal saya) kerja tangan bukanlah hal yang baru.Â
Karena kadang untuk bisa makan sebelum dan sepulang dari sekolah harus membuat atau memasaknya sendiri karena orang tua sudah atau masih berada di kebun, ladang atau sawah. Bagi anak-anak kota, khususnya yang segalanya sudah dilakukan oleh orang tua atau oleh asisten rumah tangga, kerja bakti di sekolah terasa sangat menantang sekaligus menyenangkan.
Berkaitan dengan penguasaan alat, para siswa diajarkan cara yang benar dalam menggunakan alat kebersihan. Misalnya, bagaimana memegang sapu dengan benar agar dapat menyapu secara efisien tanpa menimbulkan debu yang berlebihan, dan siswa juga diajarkan tentang perawatan alat-alat kebersihan agar tetap dalam kondisi baik dan tahan lama.
Sedangkan dengan penerapan teknik penggunaan alat para siswa diarahkan untuk, 1) mempraktikkan teknik yang tepat untuk berbagai tugas kebersihan, seperti cara mengepel lantai agar tidak meninggalkan bekas dan memastikan seluruh permukaan benar-benar bersih. 2) belajar tentang penggunaan bahan pembersih yang tepat untuk berbagai jenis permukaan, memastikan kebersihan tanpa merusak material (sapu atau alat ngepel bahkan barang yang dibersihkan). 3) belajar menggunakan berbagai alat dan perlengkapan kebersihan, seperti sapu, pengki, dan kain pel. Penguasaan ini penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja. Dan 4) diajarkan cara membersihkan yang benar, misalnya teknik menyapu atau mengepel yang tepat agar hasilnya maksimal.
Kedua, berkaitan Pengembangan Sikap. Pengalaman empat tahun hidup di asrama selama masa Sekolah Menengah Atas, kerja tangan atau kerja bakti yang dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu sore mengajarkan banyak berkaitan dengan pengembangan karakter atau sikap. Saya mencatatnya ada dua yakni, siswa belajar bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan memastikan tugas tersebut diselesaikan dengan baik.Â
Siswa diajarkan untuk mengambil inisiatif dalam menyelesaikan tugas kebersihan, menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya untuk mengemban tugas tersebut. Siswa dilatih untuk mematuhi jadwal dan aturan yang telah ditetapkan. Mereka juga belajar untuk menjaga lingkungan tetap bersih bahkan setelah tugas kebersihan selesai, menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap tanggung jawab.
Selain tanggung jawab siswa diajakan kedisiplinan. Aspek kedisplinan ini (apalagi untuk siswa jurusan keperawatan dan farmasi, kedisplinan amatlah penting karena ini nanti berkaitan dengan nyawa orang lain) melatih siswa untuk datang tepat waktu dan memulai pekerjaan sesuai jadwal, menekankan pentingnya keteraturan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga diajarkan untuk mengikuti prosedur dan instruksi yang telah ditetapkan, membantu mereka mengembangkan kedisiplinan dalam mengikuti aturan.
Ketiga berkaitan dengan latihan kerjasama tim. (Maaf lagi-lagi sesuai pengalaman hidup berasrama saat masa sekolah) kerja bakti, kerja tangan melatih siswa untuk bisa berkolaborasi. Artinya siswa belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, seperti membersihkan area yang lebih luas dalam waktu yang singkat. Siswa berlatih bekerja dalam kelompok, saling membantu dan berbagi tugas untuk mencapai tujuan yang sama, seperti membersihkan seluruh area sekolah.
Kegiatan ini mendorong saling menghormati pendapat dan cara kerja anggota tim lainnya, membangun hubungan kerja yang harmonis bahkan saling belajar. Ada siswa yang memang sudah amat mahir menggunakan alat-alat kerja, ada juga siswa yang masih kaku karena belum terbiasa. Kerja bakti bukan untuk sebuah penilaian siapa yang terbaik, tetapi bagaimana semua siswa melibatkan diri di dalam kegiatan itu.
Latihan kerja tangan (opera manualia) ini bukanlah sesuatu yang aksidental, pas ingat saja, tetapi sebuah kegiatan yang berkelanjutan agar bisa membentuk kebiasaan di dalam diri para siswa (sekolah kesehatan) untuk belajar sehat lingkungan, peduli bersih, tanggung jawab, disiplin dan kerjasama.Â
Kolaborasi hanya bisa berjalan dengan baik jika ada komunikasi yang efektif, komunikasi yang baik antar anggota tim untuk membagi tugas dan mengoordinasikan pekerjaan. Mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan ide dan pendapat dengan jelas kepada anggota tim lainnya, serta mendengarkan dan menerima masukan dari orang lain. Siswa belajar menyelesaikan konflik kecil yang mungkin muncul dalam tim, melalui komunikasi yang terbuka dan efektif.
Demikianlah tiga point yang bisa kita catatkan bersama dari kerja bakti pagi ini. Semoga menginspirasi kita entah di rumah, asrama atau sekolah. Biarlah sekolah kehidupan mengiringi anak-anak yang sedang sekolah formal agar kelak di kemudian hari mereka tidak "kagok" atau kaget bahwa di tempat kerja mereka ternyata ada kerja bakti dan Kerjasama yang membutuhkan tanggung jawab, ketekunan dan kesiplinan.
Alfred B. Jogo Ena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H