Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Pendidikan Memerdekakan (2)

29 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 29 Juli 2024   06:55 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokumen: Pak Hillarius)

Paradigma Pendidikan Memerdekakan (2):
Mentransformasi Arena Mengajar Menjadi Ruang Belajar

Pembelajaran transformatif memang menuntut pendidik untuk mengubah cara pandang, keyakinan, dan pemahaman mereka. Kemarin kita sudah melihat langkah penting transformasi pendidikan yang dimaksudkan oleh Pak Cons sebagai penutup bagian satu.

Saya mencoba menambahkan beberapa elemen kunci yang dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan interaktif: 

1) Refleksi Diri. Sama seperti yang ditegaskan Pak Cons, menurut saya pendidik perlu terus-menerus merefleksikan praktik pengajaran mereka, memahami kekuatan dan kelemahan diri, serta siap untuk mengadopsi pendekatan baru yang lebih efektif. 

2) Keterbukaan terhadap Perubahan. Memahami bahwa dunia pendidikan terus berkembang dan terbuka terhadap metode dan teknologi baru yang dapat meningkatkan pembelajaran. 

3) Kolaborasi dengan Siswa. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, mendengarkan masukan mereka, dan membangun lingkungan yang membuat siswa merasa dihargai dan didengar. 

4) Interaksi Aktif. Menggunakan metode pembelajaran yang mendorong interaksi aktif, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan pembelajaran berbasis masalah. 

5) Pemahaman Kontekstual. Mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan siswa sehingga mereka dapat melihat relevansi dan penerapan dari apa yang mereka pelajari. 

6) Pengembangan Keterampilan Abad 21. Fokus pada pengembangan keterampilan kritis seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, yang sangat diperlukan dalam dunia yang terus berubah. 

7) Pembangunan Komunitas. Menciptakan rasa kebersamaan di dalam kelas sehingga semua anggota merasa bertanggung jawab atas kesuksesan satu sama lain.

(dokumen: Pak Cons)
(dokumen: Pak Cons)

Mari kita kembali ke pokok pidato Pak Cons bagian kedua, Revolusi Pendidikan: Sebuah Ajakan Bertindak.

Perubahan paradigm pengajaran yang ditandai dengan transformasi pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien apabila semua pihak di lingkungan pendidikan terlibat secara aktif dan kontruktif. Ada tiga pihak utama yang menjadi penanggung jawab atas terjadinya revolusi pendidikan, yakni pemerintah sebagai pemegang regulator/kebijakan, para guru/pendidik sebagai fasilitator serta orang tua dan masyarakat.

Pertama, Pemerintah. Keberhasilan pendidikan yang memerdakan tidak terlepas dari peran pemerintah baik menyangkut kuantitas, kualitas maupun keadilan dan pemerataan. Kuantitas berkaitan dengan tersedianya fasilitas pendidikan yang dapat melayani seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 

Selain penyediaan jumlah sekolah, pemerintah juga perlu memperhatikan kualitas atau mutu pendidikan. Pemerintah perlu menyediakan kurikulum dan standar capaian yang membuat lulusan sekolah bisa bersaing di dunia kerja juga menjadi pembelajar seumur hidup yang adaptif, fleksibel, kritis dan kreatif serta mampu berkolabolarasi (kerja sama) dengan semua pihak. 

(Agar mutu pendidikan terjamin, pemerintah perlu memastikan bahwa kurikulum bukanlah sebuah proyek uji coba yang bisa diganti-ganti kapan saja sesuai dengan keputusan politik, bukan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan). 

Selain kuantitas dan kualitas, pemerintah perlu menjamin adanya pemerataan dan keadilan (misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk semua sekolah, bukan hanya sekolah negeri. Karena sesungguhnya pihak-pihak non pemerintah telah ikut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan undang-undang).

(dokumen: Pak Hillarius)
(dokumen: Pak Hillarius)

Kedua, peran pendidik sebagai fasilitator. Tantangan dan kompleksitas dunia pendidikan mendorong para guru/pendidik untuk terus berbenah dan menyesuaikan diri agar bisa menjadi agen perubahan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Sebagai agen perubahan para pendidik harus menetapkan standar capaian belajar yang tinggi bagi pembelajar dan tentu bagi diri mereka sendiri.

Standar itu (bukan agar para guru menjadi lebih banyak tahu sehingga berperan sebagai pemberitahu segala pengetahuan) dimaksudkan agar para pendidik menyediakan dukungan dan sumber daya belajar yang baik dan menghadirkan dirinya di hadapan peserta didik sebagai fasilitator. 

Sebagai fasilitator pendidik hadir untuk menemani para peserta didik selain melakukan kegiatan membimbing dan memberi bantuan (pengetahuan), perlu juga memahami keragaman budaya dan karakter peserta didik serta berkomitmen menjadi pendidik yang adaptif dan fleksibel termasuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ketiga, orang tua dan masyarakat. Pendidikan yang memerdekakan ditandai dengan terciptanya ruang belajar bersama yang didukung penuh oleh kehadiran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Keluarga atau orang tua beperan sebagai institusi utama untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Drijarkara, salah satu tokoh pendidikan Jesuit dan Indonesia. 

Keterlibatan orang tua untuk memberi dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan agar program-program yang telah disepakati bersama bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. Orang tua juga perlu terlibat dalam pengambilan keputusan terkait kurikulum agar dalam pelaksanaannya tidak menemukan kesulitan karena perbedaan ekonomi, budaya dan bahasa/komunikasi.

Keterlibatan orang tua di sekolah berkontribusi pada penurunan angka anak putus sekolah, peningkatan keberhasilan anak untuk menyelesaikan pendidikannya dan meningkatkan prestasi belajar mereka, dan juga kesehatan mental siswa. Kerjasama yang aktif antara ketiga komponen di atas (pemerintah, pendidik dan orang tua) diyakini mampu menciptakan lingkungan pendidikan dan ruang belajar yang holistic dan kondusif bagi perkembangan utuh peserta didik dalam seluruh aspek diri dan kehidupannya. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun