Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma Pendidikan Memerdekakan (1)

27 Juli 2024   22:28 Diperbarui: 27 Juli 2024   22:34 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dari slide presentasi saat pidato)

Pola pendidikan dalam paradigma positivistic lebih satu arah. Gurunya yang banyak berbicara (karena merasa mengetahui segala hal). Di dalam pandangan ini, polanya satu arah, tidak ada ruangan yang berbeda. Bahkan berpikir yang berbeda dianggap salah. Siswa hanya merespon pikiran orang lain (gurunya), tidak boleh berpikir lain. Hal ini tercermin dalam soal-soal pilihan ganda dengan kebenaran tunggal yang ditentukan oleh guru. Jawabannya sudah ada, siswa tidak bisa memilih lain karena itu salah. (italic dari penulis). 

Kita perlu mentransformasi pendidikan kita dari arena mengajar, dari komunikasi satu arah yakni dari guru, dari dominasi orang tua menjadi dua arah. Pola interaksinya menjadi dua arah. Tentu tidak semua pola pendekatan positivistic-behavioristik itu salah. Tentu ada satu dua kebenaran di dalamnya misalnya tentang pembuatan jadwal yang teratur. Segala sesuatu sudah diatur jamnya, waktunya. Jam ini melakukan itu, jam berikutnya melakukan ini. Tetapi kelemahannya mereka berhenti di sana. Seharusnya mereka melibatkan siswanya, anak-anaknya mengapa harus melakukan (pada jam itu). Mestinya ada proses transformasi, mengapa melakukan itu, dan bagaimana melakukannya.

Pembelajaran transformatif memerlukan perubahan mendasar dalam cara pandang, keyakinan, dan pemahaman seorang pendidik tentang diri sendiri dan dunia di sekitarnya. Transformasi ini penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan interaktif.

(cover naskah pidato)
(cover naskah pidato)

Ada lima 5 langkah langkah penting mengenai Transformasi Pembelajaran (sebagaimana diusulkan oleh Mezirow 1991 dan Crantton 2016) yakni: 

Pertama, Refleksi Kritis. Refleksi yang membantu kita untuk sampai pada asumsi dasar atau keyakinan dasar kita sebagai sebuah kebenaran. Mulai mempertanyakan pendekatan-pendekatan (dan metode mengajar) yang dilakukan selama ini. 

Kedua, Dilema Disorientasi (Disonansi kognitif). Keyakinan yang kita pegang selama ini ternyata bertentangan dengan apa yang terjadi di lapangan. Adanya kontradiksi antara apa yang diyakini sebagai kebenaran dengan apa yang terjadi. 

Ketiga, Transformasi Perspektif. Mulai terjadinya perubahan setelah proses refleksi dan interaksi dengan orang lain. Lalu mulai melibatkan siswanya untuk pembelajaran berbasis proyek, berbasis problem, ada persoalan. 

Dari tindakan itu mulai muncul yang namanya (Keempat), Pembelajaran Berorientasi Tindakan. Guru mulai mencatat perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya dan siswanya. Kemudian mulai melibatkan rekan-rekan guru, dosen dan orang tua dalam pembelajaran yang lebih baik. 

Dari sinilah akan munculnya yang namanya (kelima), Pembelajaran Pembebasan, pembelajaran yang memerdekakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun