Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Says Nice Things About You

14 Juli 2024   20:46 Diperbarui: 14 Juli 2024   21:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: msmoem.com)

SAYS NICE THING ABOUT YOU (Berkata Baik Tentang Anda)

 

"Sahabat adalah cermin bersih-bening bagi kita untuk berkaca diri, untuk melihat keseluruhan diri kita secara utuh" (ABJE).

Penting untuk diketahui: Berbicaralah Hal-hal Baik 

Pada suatu petang di penghujung bulan (entah bulan berapa) aku berakhir pekan bersama seorang teman yang tinggal di ujung kota. Dalam perjalanan sebelum tiba di tempat temanku itu, aku mampir di sebuah bengkel seorang tukang kayu, juga temanku. Aku tidak masuk ke dalam rumahnya, tetapi terus menuju bengkelnya. Di dalam bengkel telah berkumpul alat-alat pertukangan temanku: Ada si Palu, Bor, Drei, Serut, Penggaris, Amplas, Gergaji, dll. 

Saya heran... Apakah mereka mau mogok kerja? Atau mereka mau memberontak melawan temanku, si Tukang kayu? Atau mungkin mereka sekedar NNN: alias ngobrol ngalor ngidul??

Saya hanya berdiri dekat pintu masuk dan memperhatikan segala tingkah mereka. ah...seandainya aku seorang wartawan akan aku liput dan abadikan peristiwa langka itu...bila perlu kukirim ke MURI-nya Jaya Suprana.

Tampak Palu duduk di kursi, seolah-olah hendak memimpin rapat. Tetapi teman-temannya yang lain menuntut agar dia mengundurkan diri saja, sebab dialah yang paling banyak bersuara di dalam bengkel.

"Baik", kata Palu, "Saya tunduk pada suara arus bawah. Tetapi dengarkan juga pendapatku, Pak Bor juga harus ditindak, sebab tugasnya hanya menimbulkan lubang-lubang saja." Ia hanya membuat lubang di mana-mana.

Bor bangkit dan berkata, "Okey, saya tunduk pada suara mayoritas. Tetapi mas Obeng alis Drei harus disingkirkan, sebab ia harus diputar terus menerus dengan sekuat tenaga baru bisa bekerja dengan baik."

"Izinkanlah saya mengemukakan pendapat," kata Drei tiba-tiba. "Kalau kalian menghendaki saya pergi, baiklah, tetapi saudara Serut harus pergi, sebab ia hanya mengenal pekerjaan di permukaan saja. Ia hanya melicinkan, menghaluskan bagian luarnya saja...tidak ada sesuatu yang mendalam padanya."

"Saya tuntut agar Penggaris harus disingkirkan sebab pekerjaanya hanya mengukur-ukur pihak lain saja, seolah-olah dirinya yang paling baik," kata Serut tiba-tiba setelah disuruh mundur oleh teman-temannya.

Penggaris protes, "Saya tidak dapat diam...adik Amplas juga harus meningkir dari tempat ini, sebab pekerjaannya terlalu kasar. Ia hanya suka menggosok-gosok pihak lain, sehingga semuanya menjadi kacau balau.

Amplas yang disindir berteriak, "saya bersedia menyingkir, tapi si Gergaji juga harus dihukum selama menit, sebab kerjanya hanya memotong-motong yang lain, yang kecil dan lemah. Ia tidak memiliki cinta kasih, angkuh dan sombong. Mentang-mentang mempunyai banyak gigi...jadi sok unjuk gigi".

Gergaji sudah terpancing emosinya, tetapi ia memilih tetap diam, sebab ia berpikir bahwa ia memotong bukan asal potong, ia memotong sesuai ukuran dan permintaan.

Ketika rapat itu makin seru, masuklah temanku si tukang kayu. Semua peralatan yang sudah panas dalam rapat itu diam seketika dan tak ada yang berani melapor pada temanku. Temanku mulai bekerja dan ia memerlukan semua peralatan itu. Temanku menggunakan semua peralatan itu untuk membuat sebuah tempat tidur, maka ketika tempat tidur, tak ada satu pun alat-alat itu yang merasa paling berjasa, karena mereka telah bekerja sama di tangan temanku si tukang kayu itu...Masing-masing alat menyadari bahwa tanpa yang lain, ia tidaklah berarti apa-apa. Ia hanya berarti ketika digunakan bersama, saling melengkapi...

Setelah berakhir pekan di tempat teman itu, saya kembali dalam rutinitasku...namun satu hal yang kubawa.... "Dalam kebersamaan, kita bisa tenggelam dalam hal-hal yang massif. Kita bisa dengan gampang menghakimi sesama, kita bisa dengan gampang menjelek-jelekkan sesama." Seharusnya dalam kebersamaan, hanyalah hal-hal INDAH yang terpancar, sehingga hidup ini dapat dijalani diantara aneka keindahan itu. Segala sesuatu itu indah pada waktu dan tempatnya. Dan lihatlah segala sesuatu itu dengan INDAH...maka semuanya akan INDAH dan menyenangkan. Sebab dalam keindahan kita memuji keagungan dan kebesaran Tuhan....dan dalam Tuhan kita semua adalah satu dan sama.

Penting untuk direnungkan

Simaklah nasihat bijak Kahlil Gibran berikut ini, "Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata, "Aku cinta kamu." Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku." 

Indahnya sebuah relasi persahabatan, justru terletak pada bagaimana kita mampu melihat hal-hal positif dalam diri sahabat. Dengan menyatakan, "Sobat, aku sayang padamu!", sebenarnya kita menyatakan hal yang sama pada diri kita sendiri. Sahabat adalah cermin bersih-bening bagi kita untuk berkaca diri, untuk melihat keseluruhan diri kita secara utuh.

Demikian juga sebaliknya. Ketika kita mulai menjelek-jelekkan atau berbicara sesuatu yang jelek tentang sahabat kita, sebenarnya kita sedang membicarakan diri kita sendiri. Sahabat hanyalah cermin atau "batu sasar" bagi kita untuk menjelek-jelekkan diri kita sendiri. 

Bukankah relasi persahabatan selalu dan hanya terjadi antara dua (atau lebih) pribadi? Sehingga alangkah tidak adilnya, bila kita hanya terfokus untuk berbicara yang jelek tentang sahabat. Sebab tulis Gibran lagi, "Diperlukan dua orang untuk menemui kebenaran; satu untuk mengucapkannya dan satu lagi untuk memahaminya." Itulah relasi persahabatan yang sehat. (abje)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun