Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan Syukur dari Stasiun ke Gua Maria

10 Juli 2024   11:46 Diperbarui: 10 Juli 2024   14:43 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Syukur dari Stasiun ke Gua Maria

Minggu 7 Juli 2023 pukul 13 siang kami berangkat ke Solo menggunakan Communter Line. Berangkat dari Stasiun Lempunyangan dengan tujuan akhir di Stasiun Solojebres, karena masih lanjut berziarah ke Gua Maria Mojosongso yang terletak di Jalan Debegan, Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

Turun dari KRL di Solojebres, kami berencana pesan gocar ke Mojosongo. Lihat di map jaraknya hanya 1,8 km. Ah dekat. Kita istirahat dulu sambil cari minuman atau kalau ada bakso ya bisa mampir makan dulu.

Keluar kami berempat dari stasiun menyusuri jalan di depan Pasar Jebres ke arah barat. Tidak ramai, sehingga cukup aman sambil jalan beriringan. Paling depan si sulung, disusul adiknya, istri dan saya paling belakang. Saya masih tertatih. Ketika belok kanan dekat lampu merah di rel kereta, saya membatin, "Kalau saya bisa jalan sampai gua Maria, berarti kaki saya sudah sembuh."

Masuk jalan umum yang ramai posisi jalan masih sama. Lalu nyebrang lampu merah di Jln Dr. Wahidin di depan SMPN 16. Terus ke utara menuju daerah Kandang Sapi. Berhenti sejenak di pinggir jalan menikmati es degan. Selama si kecil tidak mengeluh kami akan terus berjalan.

Lewati RS Dr. Oen Kandang Sapi, si kecil mulai "bernyanyi" kok belum sampai. Ada 1 lampu merah dan jembatan. Bagusnya, di jembatan ini ada space khusus bagi pejalan kaki.

(dokpri)
(dokpri)

Beberapa kali bertanya orang, arahnya masih seperti yang tertera di google map. Si sulung menjauh tinggalkan kami. Saya bergandengan tangan dengan si kecil, sambil bercerita untuk alihkan perhatiannya. Makin lama langkah saya makin ringan, kaki kiri tak terasa berat lagi. Memasuki pasar Mojosongso, kami terus berjalan, dengan langkah yang makin diperlambat. Jika kaki tak sakit, bisa jadi si kecil sudah minta digendong.

"Pap, masih jauh nggak, kami sudah cape nih," keluh si kecil dambil terus melangkah. Pertanyaan tak sempat terjawab karena melewati jalan yang sedikit belok namun cukup ramai.

(dokpri)
(dokpri)

Asyik juga jalan di tempat baru membuat kita fokus pada tujuan. Kalau salah fokus bisa nyasar, tentu tidak akan sejauh naik kendaraan bila harus nyasar.

Setelah tanjakan kecil jalanan mulai menurun, dari jauh sudah terlihat papan nama Gua Maria Mojosongo. Si kecil minta beli es krim di mini market terdekat. Saya terus lanjut dan menunggu di depan Gua. Kami lulus perjalanan (salib) senja itu.

Berjalan bersama dua anak (15 dan 10 tahun) di pinggir keramaian kota Solo dari Stasiun Solojebres ke Gua Maria Mojosongo (yang menurut google map berjarak 1,8 km) namun saat berjalan dirasa lebih dari itu merupakan sebuah prestasi bagi keduanya. Memang olahraga jalan kaki itu sudah biasa. Tetapi menjadi tidak biasa karena jalan ini dinikmati sebagai sebuah doa jalan salib. Ini yang patut dirayakan bersama kami sekeluarga. Dan puji Tuhan, hingga kembali ke Yogyakarta keduanya tidak mengeluh sedikitpun tentang prosesi jalan kaki itu.

(dokpri)
(dokpri)

Sebagai refleksi saya ungkapkan dalam puisi di bawah ini:

Jalan Syukur Menuju Gua Maria Mojosongo

Sengat mentari melemah ketika dari Stasiun Solojebres kita mulai,
Langkah kecil beriring doa penuh syukur,
Dedaunan menyapa, angin lembut mengelus hati,
Setiap langkah adalah anugerah, cinta Tuhan yang terukir.

Menyusuri jalan raya berliku dan ramai,
Dalam hening, kita meresapi jejak kaki Yesus,
Di setiap napas, ada doa syukur yang terucap,
Di bawah naungan mentari senja, kita mendekat kepada-Nya.

Sampailah kita di Gua Maria Mojosongo yang damai,
Berlutut, berdoa dengan hati penuh pengharapan,
Jalan salib ini mengajarkan kita arti syukur sejati,
Bahwa dalam setiap langkah, Tuhan selalu bersama.

(dokpri)
(dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun