Berjalan bersama dua anak (15 dan 10 tahun) di pinggir keramaian kota Solo dari Stasiun Solojebres ke Gua Maria Mojosongo (yang menurut google map berjarak 1,8 km) namun saat berjalan dirasa lebih dari itu merupakan sebuah prestasi bagi keduanya. Memang olahraga jalan kaki itu sudah biasa. Tetapi menjadi tidak biasa karena jalan ini dinikmati sebagai sebuah doa jalan salib. Ini yang patut dirayakan bersama kami sekeluarga. Dan puji Tuhan, hingga kembali ke Yogyakarta keduanya tidak mengeluh sedikitpun tentang prosesi jalan kaki itu.
Sebagai refleksi saya ungkapkan dalam puisi di bawah ini:
Jalan Syukur Menuju Gua Maria Mojosongo
Sengat mentari melemah ketika dari Stasiun Solojebres kita mulai,
Langkah kecil beriring doa penuh syukur,
Dedaunan menyapa, angin lembut mengelus hati,
Setiap langkah adalah anugerah, cinta Tuhan yang terukir.
Menyusuri jalan raya berliku dan ramai,
Dalam hening, kita meresapi jejak kaki Yesus,
Di setiap napas, ada doa syukur yang terucap,
Di bawah naungan mentari senja, kita mendekat kepada-Nya.
Sampailah kita di Gua Maria Mojosongo yang damai,
Berlutut, berdoa dengan hati penuh pengharapan,
Jalan salib ini mengajarkan kita arti syukur sejati,
Bahwa dalam setiap langkah, Tuhan selalu bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H