Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maria

4 Juli 2024   20:34 Diperbarui: 4 Juli 2024   20:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: renunganpdkk.blogspot.com)

MARIA

(Cerpen ini dipersembahkan khusus untuk para istri yang setia menemani suaminya yang sedang sakit atau sebaliknya setiap suami yang sedang merawat istrinya. Cinta kalian adalah obat dan dokter paling ampuh)

Maria, wanita paruh baya dengan senyum yang selalu menghiasi lesung pipitnya, adalah simbol dari ketulusan dan kesetiaan. Setiap hari, dia merawat suaminya yang beberapa tahun belakangan ini harus keluar masuk rumah sakit. Suaminya menderita beberapa komplikasi, yang membuat hidup mereka berubah drastis. Namun, Maria tetap teguh berdiri di samping suaminya, memberikan dukungan dan cinta tanpa henti. Baginya, merawat suaminya bukanlah beban, melainkan panggilan hidup yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Di tengah malam yang sunyi, saat orang lain terlelap dalam mimpi, Maria masih terjaga. Dia duduk di samping ranjang suaminya, menggenggam tangan yang sudah lemah itu dengan lembut. Dalam hatinya, Maria selalu berdoa memohon kekuatan dari Tuhan agar bisa terus menjaga suaminya dengan baik. Maria percaya bahwa Tuhan memberikan cobaan ini bukan untuk menghukum, tetapi untuk memperkuat iman dan cinta mereka satu sama lain.

Setiap pagi, Maria memulai harinya dengan merapikan tempat tidur suaminya dan menyiapkan sarapan yang penuh gizi. Meski tubuhnya lelah, semangatnya tak pernah pudar. Maria selalu memastikan bahwa suaminya mendapatkan perawatan terbaik, mulai dari obat-obatan hingga terapi. 

Dia bahkan mempelajari cara-cara perawatan medis dasar untuk memastikan suaminya merasa nyaman di rumah. Maria selalu ada di setiap sesi terapi, memberikan semangat dan dukungan moral yang tak pernah surut.

Dalam kesibukan yang tak ada habisnya, Maria tidak pernah lupa untuk berdoa. Iman Katolik yang dihayatinya menjadi sumber kekuatan utama dalam hidupnya. Setiap Minggu, meski kadang harus meninggalkan suaminya sebentar, Maria selalu menyempatkan diri untuk pergi ke gereja. 

Dia duduk di bangku depan, menundukkan kepala, dan dengan khusyuk memohon agar Tuhan memberikan kesembuhan bagi suaminya. Dalam doanya, Maria tidak pernah meminta hal yang berlebihan, hanya kekuatan untuk terus bertahan.

Anak-anak Maria, meski sudah mandiri, selalu menawarkan bantuan. Namun, Maria selalu menolak dengan lembut. Dia tidak ingin merepotkan mereka, meski hatinya terkadang merindukan kebersamaan dengan anak-anaknya. Maria ingin agar mereka fokus pada kehidupan dan keluarga masing-masing. Dia percaya bahwa inilah tugasnya sebagai istri, dan dia harus menjalankannya dengan sepenuh hati.

Setiap hari, Maria menghadapi tantangan dalam merawat suaminya yang sakit. Tubuhnya sering kali merasa sangat lelah dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang masa depan. Dalam momen-momen terberat ini, Maria akan mencari ketenangan dengan membuka Alkitabnya. 

Ia membaca dengan penuh harapan. Dan ayat "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mzm 23:1) ini selalu memberikan penghiburan yang mendalam. Ayat ini mengingatkannya bahwa meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan rintangan, Tuhan selalu hadir untuk membimbing dan memberikan kekuatan yang ia butuhkan.

 Dengan keyakinan ini, Maria merasa didorong untuk terus maju, menyusuri padang hijau sukacita yang dijanjikan Tuhan setelah melewati masa-masa sulit bersama sang Suami.

Pergulatan iman Maria tidaklah mudah, namun kekuatan dari ayat tersebut menjadi landasan yang kokoh dalam hidupnya. Setiap kali ia hampir putus asa, ia mengingat bahwa Tuhan adalah gembala yang setia, yang tidak akan membiarkannya kekurangan apa pun yang ia butuhkan untuk menjalani tugas mulianya. 

Firman Tuhan menjadi sumber daya yang tak ternilai, menyegarkan jiwa Maria seperti padang hijau yang menenangkan. Dengan kepercayaan penuh, Maria menemukan kedamaian dalam keyakinan bahwa Tuhan tidak hanya melihat perjuangannya, tetapi juga menyertai setiap langkahnya, memberikan harapan akan kebahagiaan dan kedamaian yang menantinya di akhir perjalanan ini.

Di kesempatan lain, Maria juga sering mengenang kisah Injil tentang Marta dan Maria. Dia merasa seperti Marta, yang selalu sibuk dengan urusan rumah tangga, sementara suaminya adalah Maria yang duduk di kaki Yesus, mendengarkan firman-Nya, menyerahkan segala sakit dan deritanya kepada-Nya. Maria menyadari bahwa dalam setiap tindakan kecilnya merawat suaminya, dia juga sedang melayani Tuhan. Hal ini memberikan makna yang mendalam dalam setiap tugas yang dia jalani.

Di malam yang sunyi, saat Maria merasa sangat lelah, suaminya sering kali memanggil namanya dengan suara lembut. "Maria, terima kasih untuk semuanya," kata suaminya dengan mata yang penuh cinta. Kalimat sederhana ini memberikan kekuatan luar biasa bagi Maria. Dia tahu bahwa suaminya menghargai setiap usaha yang telah dia lakukan. Cinta mereka menjadi semakin kuat, teruji oleh waktu dan cobaan.

Maria tak pernah merasa sendiri dalam perjuangannya. Dia merasakan dukungan dari komunitas gereja yang selalu mendoakannya. Teman-teman seiman sering kali datang berkunjung, memberikan semangat dan kata-kata penghiburan. Kebersamaan dalam iman ini memberikan kekuatan ekstra bagi Maria, mengingatkannya bahwa dia bukanlah seorang diri dalam pergulatan ini.

Waktu terus berjalan, dan kondisi suaminya perlahan mulai menunjukkan perbaikan. Meski belum sepenuhnya sembuh, ada harapan baru yang menyinari hidup mereka. Maria tidak pernah berhenti berharap dan berdoa serta selalu berada di sisi suaminya. Dia tahu bahwa mukjizat bisa terjadi kapan saja, dan dia siap untuk terus berjuang demi suaminya.

Pergulatan dan perjuangan Maria menjadi cerita tentang cinta, kesetiaan, dan iman yang tak tergoyahkan. Maria adalah teladan bagi banyak orang, bahwa dengan cinta dan iman, kita bisa menghadapi cobaan terberat dalam hidup. Dia telah membuktikan bahwa cinta sejati tidak pernah mengenal lelah, dan dengan bantuan Tuhan, semua rintangan bisa diatasi.

Salam dari Kaki Merapi, 04 Juli 2024

Alfred B. Jogo Ena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun