Keempat, selain insentif finansial, perlindungan kerja yang memadai juga diperlukan untuk menjamin stabilitas tenaga pengajar. Pemerintah bisa bekerja sama dengan yayasan pendidikan untuk menyusun kontrak kerja yang adil dan menguntungkan bagi guru, termasuk jaminan kepastian kerja dan perlindungan hak-hak mereka.Â
Dengan jaminan tersebut, guru akan merasa lebih aman dan memiliki komitmen jangka panjang terhadap sekolah. Sehingga fokus guru hanyalah mempersiapkan bahan ajar dan berdinamika bersama siswa, bukan memikirkan "dapurnya masih ngepul atau tidak" dengan mencari tambahan penghasilan di luar kerja pokok sebagai guru.
Kelima, program pelatihan dan pengembangan profesional harus diperkuat untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi guru. Pemerintah dapat menyediakan pelatihan reguler dan sertifikasi untuk membantu guru-guru meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Guru yang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang lebih cenderung untuk tetap tinggal di sekolah yang sama.
Dan keenam, pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan guru tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi lingkungan kerja dan dukungan psikologis. Lingkungan kerja yang kondusif dan dukungan dari rekan kerja serta manajemen sekolah sangat penting untuk kesejahteraan mental dan emosional guru. Dengan perhatian yang holistik terhadap kesejahteraan guru, perpindahan tenaga pengajar dapat diminimalkan, sehingga kontinuitas dan kualitas pendidikan dapat terjaga dengan baik.
Siswa Bisa Apa?
Pihak yang paling dirugikan dari seringnya pergantian guru mata pelajaran di sebuah sekolah adalah para siswa. Dampaknya bagi siswa dan sekolah tersebut sangat esensial, antara lain, Pertama seringnya pergantian guru menyebabkan ketidakstabilan dalam proses pembelajaran.Â
Siswa harus terus beradaptasi dengan gaya mengajar dan metode baru, yang dapat mengganggu kontinuitas dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.Â
Selain itu, hubungan yang kuat antara guru dan siswa penting untuk keberhasilan pendidikan. Seringnya pergantian guru menghalangi pembentukan ikatan ini, sehingga guru baru memerlukan waktu untuk memahami kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa.
Kedua, ketidakpastian dan perubahan terus-menerus dapat menurunkan motivasi siswa. Mereka mungkin merasa tidak memiliki sosok yang konsisten untuk memberikan bimbingan dan dukungan, yang dapat mempengaruhi minat belajar mereka secara keseluruhan.
Dan ketiga, guru baru mungkin memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum dan standar sekolah, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kualitas pengajaran sementara mereka beradaptasi.
Sering terjadinya pergantian guru di sebuah sekolah menimbulkan banyak kerugian, terutama bagi siswa yang kehilangan stabilitas dan kontinuitas dalam pendidikan mereka.