Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Empat Puluh Tahun Pena Menari

24 Juni 2024   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2024   22:22 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: antaranews.com)

Hal ini dibuktikan dengan adanya banyak sekali kelompok penulis yang bergabung dalam Kampung Pentigraf Indonesia (Facebook) mapun Kampung Sastra Tiga (WAG) yang telah menghasilkan belasan buku bersama dengan aneka tema. Tengsoe hadir sebagai kompor yang menyalakan semangat menulis bagi para penulis baik pemula maupun yang sudah kelas penyair nasional.

(sumber: antaranews.com)
(sumber: antaranews.com)

Tengsoe sepertinya mampu "Menyelami hati pembaca, menanamkan keagungan" melalui karya-karyanya yang menjangkau dan menyentuh hati pembaca, meninggalkan kesan yang mendalam dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Ini menggambarkan kekuatan dan keagungan pesan yang terkandung dalam setiap kata yang ditulis oleh Tengsoe. Kontribusi Tengsoe Tjahjono dalam menciptakan karya-karya sastra yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan memberikan kedalaman emosional serta intelektual bagi pembacanya.

Sedangkan pada bait ketiga memberikan penutup yang kuat dan menghormati kontribusi Tengsoe Tjahjono dalam dunia sastra. "Empat puluh tahun, perjalanan penuh makna" merangkum panjangnya waktu dan kaya makna dari dedikasi Tengsoe selama empat dekade dalam menulis. Ini menggarisbawahi betapa signifikan dan berharga perjalanan kreatifnya. Empat puluh bukan melulu soal angka linier tetapi tentang kualitas kehadirannya dalam dunia sastra Indonesia.

Tengsoe bisa digambarkan sebagai sumber cahaya dan inspirasi di dunia sastra. Dalam konteks ini, "kegelapan" bisa diartikan sebagai masa-masa sulit atau kekurangan inspirasi dalam sastra, di mana Tengsoe hadir sebagai penerang yang membawa cahaya dan harapan "dengan cinta dan dedikasi yang setia." Kata-kata ini hendak menekankan betapa besar cinta dan komitmen Tengsoe terhadap seni menulis. Cinta dan dedikasi ini merupakan fondasi yang membuat karyanya begitu bermakna dan menyentuh banyak hati.

Dengan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada Tengsoe dan kawan-kawannya seperti Anwar Putra Bayu, Bambang Widiatmoko, Narko Sudrun, Broto, Ahmadun Y. Herfanda, Suharmono, Aming Aminoedhin, Shoim Anwar, Tri Astoto Kodarie, Budi Sardjono berarti negara mengakui kontribusi Tengsoe yang tak terlupakan dalam dunia sastra. Saya melukiskan lestari karya Tengsoe dengan kata "ukir" untuk menggambarkan bahwa karya-karya Tengsoe tidak hanya sementara, tetapi akan terus dikenang dan dihargai sepanjang masa pada "kanvas sastra yang abadi." Keabadian dalam sastra berarti kontribusi Tengsoe akan tetap ada dalam sejarah sastra selamanya.

Mari kita ikut bergembira merayakan perjalanan panjang dan penuh makna dari Tengsoe Tjahjono, sosok yang telah memberikan kontribusi abadi dengan cinta dan dedikasi yang tak tergoyahkan, menjadi pelita yang menerangi dunia sastra.

Tengsoe dan sahabat (foto: Koleksi Tengsoe)
Tengsoe dan sahabat (foto: Koleksi Tengsoe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun