Hal ini dibuktikan dengan adanya banyak sekali kelompok penulis yang bergabung dalam Kampung Pentigraf Indonesia (Facebook) mapun Kampung Sastra Tiga (WAG) yang telah menghasilkan belasan buku bersama dengan aneka tema. Tengsoe hadir sebagai kompor yang menyalakan semangat menulis bagi para penulis baik pemula maupun yang sudah kelas penyair nasional.
Tengsoe sepertinya mampu "Menyelami hati pembaca, menanamkan keagungan" melalui karya-karyanya yang menjangkau dan menyentuh hati pembaca, meninggalkan kesan yang mendalam dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Ini menggambarkan kekuatan dan keagungan pesan yang terkandung dalam setiap kata yang ditulis oleh Tengsoe. Kontribusi Tengsoe Tjahjono dalam menciptakan karya-karya sastra yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan memberikan kedalaman emosional serta intelektual bagi pembacanya.
Sedangkan pada bait ketiga memberikan penutup yang kuat dan menghormati kontribusi Tengsoe Tjahjono dalam dunia sastra. "Empat puluh tahun, perjalanan penuh makna" merangkum panjangnya waktu dan kaya makna dari dedikasi Tengsoe selama empat dekade dalam menulis. Ini menggarisbawahi betapa signifikan dan berharga perjalanan kreatifnya. Empat puluh bukan melulu soal angka linier tetapi tentang kualitas kehadirannya dalam dunia sastra Indonesia.
Tengsoe bisa digambarkan sebagai sumber cahaya dan inspirasi di dunia sastra. Dalam konteks ini, "kegelapan" bisa diartikan sebagai masa-masa sulit atau kekurangan inspirasi dalam sastra, di mana Tengsoe hadir sebagai penerang yang membawa cahaya dan harapan "dengan cinta dan dedikasi yang setia." Kata-kata ini hendak menekankan betapa besar cinta dan komitmen Tengsoe terhadap seni menulis. Cinta dan dedikasi ini merupakan fondasi yang membuat karyanya begitu bermakna dan menyentuh banyak hati.
Dengan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada Tengsoe dan kawan-kawannya seperti Anwar Putra Bayu, Bambang Widiatmoko, Narko Sudrun, Broto, Ahmadun Y. Herfanda, Suharmono, Aming Aminoedhin, Shoim Anwar, Tri Astoto Kodarie, Budi Sardjono berarti negara mengakui kontribusi Tengsoe yang tak terlupakan dalam dunia sastra. Saya melukiskan lestari karya Tengsoe dengan kata "ukir" untuk menggambarkan bahwa karya-karya Tengsoe tidak hanya sementara, tetapi akan terus dikenang dan dihargai sepanjang masa pada "kanvas sastra yang abadi." Keabadian dalam sastra berarti kontribusi Tengsoe akan tetap ada dalam sejarah sastra selamanya.
Mari kita ikut bergembira merayakan perjalanan panjang dan penuh makna dari Tengsoe Tjahjono, sosok yang telah memberikan kontribusi abadi dengan cinta dan dedikasi yang tak tergoyahkan, menjadi pelita yang menerangi dunia sastra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H