Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Sudah 53 Tahun Berlalu

21 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: 3.bp.blogspot.com)

Meski Sudah 53 Tahun Berlalu

Hari ini, tepat 53 tahun lalu Presiden pertama, Proklamator, Bung Karno meninggalkan tanah air tercinta untuk selamanya. Dia meninggal karena menderita gagal ginjal dan komplikasi penyakit lainnya. Kita bisa merenungkan dan menghidupi kembali beberapa nilai yang diteladankan oleh beliau. Bung Karno adalah sosok yang penuh semangat, visioner, dan memiliki kecintaan yang mendalam terhadap bangsa dan negaranya. 

Ada beberapa nilai yang dapat kita pelajari dan hidupkan kembali dari sosok Bung Karno pada hari peringatan wafatnya ini. Pertama, Nasionalisme dan Cinta Tanah Air. Bung Karno selalu menekankan pentingnya nasionalisme. Cinta terhadap tanah air dan semangat untuk memajukan bangsa merupakan inti dari perjuangan beliau bahkan sejak usia amat muda. 

Kita bisa menghidupi nilai ini dengan cara mencintai Indonesia dalam berbagai aspek, baik melalui pendidikan, ekonomi, budaya, maupun politik. 

Salah satu yang bisa dilakukan sejak dini di sekolah-sekolah adalah pelajaran sejarah nasional. Melalui pelajaran ini kita hendak memastikan bahwa generasi muda memahami sejarah Indonesia, termasuk perjuangan dan pemikiran Bung Karno, dapat membangun rasa cinta tanah air sejak dini.

Kedua, Persatuan dan Kesatuan. Bung Karno sangat menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dia percaya bahwa dengan bersatu, bangsa Indonesia bisa menjadi kuat dan mampu mengatasi berbagai tantangan. Nilai ini penting untuk kita jaga, terutama di era sekarang yang sering kali diwarnai oleh perpecahan dan konflik sosial. 

Saking cintanya pada persatuan, dia bahkan mau menyatukan semua aliran yang ada di Indonesia dengan semboyan nasakom-nya. Ia ingin kelompok nasionalis, agama dan komunis bersatu padu membangun bangsa. Cita-citanya ini akhirnya menjadi semacam senjata makan tuan.

Ketiga, Pengorbanan untuk Kepentingan Bangsa. Bung Karno rela mengorbankan dirinya demi mencegah terjadinya perang saudara antara pendukungnya dan pendukung Orde Baru. Ini menunjukkan sikapnya yang mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Kita bisa meneladani sikap ini dengan selalu mengutamakan kepentingan bersama dan siap berkorban demi kebaikan negara.

Keempat, Kemandirian dan Ketahanan Nasional. Bung Karno mengajarkan pentingnya kemandirian bangsa, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Dia menginginkan Indonesia menjadi negara yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Nilai ini bisa kita terapkan dengan mendukung produk lokal, memperkuat ekonomi nasional, dan menjaga kedaulatan negara.

Kelima, Semangat Revolusioner dan Inovasi. Bung Karno adalah seorang pemimpin yang revolusioner dan penuh inovasi. Dia tidak takut untuk bermimpi besar dan berusaha keras mewujudkan visinya. Semangat ini bisa kita hidupkan dengan berani berpikir maju, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi tantangan masa kini.

Keenam, Kepemimpinan yang Bijaksana. Dalam kepemimpinannya, Bung Karno menunjukkan kebijaksanaan dengan mengambil keputusan yang sulit demi menjaga stabilitas dan persatuan bangsa. "Biarkan aku yang hancur, janganlah bangsa ini dan anak-anakku." Begitulah kira-kira yang diucapkan Bung Karno ketika meredam gelojak perlawanan dari para pendukungnya yang tidak terima Bung Karno diperlakukan tidak adil. Kita bisa belajar untuk menjadi pemimpin yang bijak dalam berbagai lingkup, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun komunitas.

(sumber: Pinterest/Antok Capung)
(sumber: Pinterest/Antok Capung)

Wasiat yang Tidak Ditepati 

Sebelum meninggal, rupanya Bung Karno sudah membuatkan wasiat agar ia dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor. Namun wasiat ini tidak dipenuhi oleh pemerintahan Orde Baru. Sebaliknya, Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Keputusan ini tentunya menimbulkan berbagai spekulasi dan pandangan mengenai latar belakang politik dan simbolisme di baliknya.

Menurut hemat saya ada lima hal penting yang dapat kita renungkan terkait wasiat yang tidak ditepati ini. Pertama, Soal Pemenuhan Wasiat dan Penghormatan Terhadap Keinginan Tokoh Bangsa. Wasiat terakhir seseorang, terutama tokoh penting seperti Bung Karno, seharusnya dihormati dan dipenuhi sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa dan pengabdian mereka. 

Dalam kasus ini, tidak dipenuhinya wasiat Bung Karno mungkin mencerminkan dinamika politik yang rumit pada saat itu. Kita berharap perlakuan semacam ini tidak perlu terulang dalam sejarah. Biarlah para tokoh yang hidupnya sungguh bagi bangsa dan negara ini mendapatkan penghormatan yang layak.

(sumber: 3.bp.blogspot.com)
(sumber: 3.bp.blogspot.com)

Dua, Simbolisme Lokasi Pemakaman. Lokasi pemakaman bisa memiliki makna simbolis yang kuat. Memakamkan Bung Karno di Blitar, tempat kelahirannya, mungkin dilihat sebagai upaya untuk menghubungkan beliau dengan akar sejarah dan asal-usulnya. Namun, ini juga bisa dianggap sebagai langkah untuk menyingkirkan pengaruh politik beliau dari pusat kekuasaan di Jakarta. Karena pengagum Bung Karno di Jawa Barat dan sekitarnya kala itu sangatlah banyak.

Tiga, Pelajaran tentang Penghormatan dan Rekonsiliasi. Keputusan untuk tidak mematuhi wasiat Bung Karno dapat dijadikan pelajaran tentang pentingnya menghormati kehendak orang yang telah berjasa bagi bangsa. Ini juga menyoroti perlunya rekonsiliasi dan pengakuan terhadap kontribusi berbagai tokoh sejarah, terlepas dari perbedaan pandangan politik yang mungkin ada. Kita perlu menempatkan rasa hormat yang setinggi-tinggi kepada para penjasa negeri ini. Mereka

Empat, Warisan Bung Karno dan Pentingnya Ingatan Sejarah. Terlepas dari lokasi pemakaman, yang lebih penting adalah bagaimana kita sebagai bangsa mengenang dan menghormati warisan Bung Karno. Menghidupi nilai-nilai yang beliau perjuangkan dan menjaga ingatan sejarah dengan cara yang adil dan seimbang adalah bentuk penghormatan yang sejati.

Lima, Persatuan di Atas Perpecahan. Bung Karno, melalui sikapnya yang rela mengorbankan dirinya demi mencegah perang saudara, telah mengajarkan pentingnya persatuan. Mengingat kembali wasiatnya yang tidak terpenuhi dan bagaimana ini bisa dijadikan pelajaran untuk memperkuat persatuan bangsa merupakan hal yang krusial.

(sumber: i.pinimg.com)
(sumber: i.pinimg.com)

Semoga kita dapat lebih menghargai jasa-jasa para pendiri bangsa dan memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang mereka perjuangkan tetap hidup dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejenak mari kita mengheningkan cipta untuk Bung Karno dan seluruh pahlawan dan bapa bangsa yang sudah meninggal. Semoga mereka bangga dengan bangsa yang kini sudah berusia 79 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun