Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Sudah 53 Tahun Berlalu

21 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(sumber: Pinterest/Antok Capung)
(sumber: Pinterest/Antok Capung)

Wasiat yang Tidak Ditepati 

Sebelum meninggal, rupanya Bung Karno sudah membuatkan wasiat agar ia dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor. Namun wasiat ini tidak dipenuhi oleh pemerintahan Orde Baru. Sebaliknya, Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Keputusan ini tentunya menimbulkan berbagai spekulasi dan pandangan mengenai latar belakang politik dan simbolisme di baliknya.

Menurut hemat saya ada lima hal penting yang dapat kita renungkan terkait wasiat yang tidak ditepati ini. Pertama, Soal Pemenuhan Wasiat dan Penghormatan Terhadap Keinginan Tokoh Bangsa. Wasiat terakhir seseorang, terutama tokoh penting seperti Bung Karno, seharusnya dihormati dan dipenuhi sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa dan pengabdian mereka. 

Dalam kasus ini, tidak dipenuhinya wasiat Bung Karno mungkin mencerminkan dinamika politik yang rumit pada saat itu. Kita berharap perlakuan semacam ini tidak perlu terulang dalam sejarah. Biarlah para tokoh yang hidupnya sungguh bagi bangsa dan negara ini mendapatkan penghormatan yang layak.

(sumber: 3.bp.blogspot.com)
(sumber: 3.bp.blogspot.com)

Dua, Simbolisme Lokasi Pemakaman. Lokasi pemakaman bisa memiliki makna simbolis yang kuat. Memakamkan Bung Karno di Blitar, tempat kelahirannya, mungkin dilihat sebagai upaya untuk menghubungkan beliau dengan akar sejarah dan asal-usulnya. Namun, ini juga bisa dianggap sebagai langkah untuk menyingkirkan pengaruh politik beliau dari pusat kekuasaan di Jakarta. Karena pengagum Bung Karno di Jawa Barat dan sekitarnya kala itu sangatlah banyak.

Tiga, Pelajaran tentang Penghormatan dan Rekonsiliasi. Keputusan untuk tidak mematuhi wasiat Bung Karno dapat dijadikan pelajaran tentang pentingnya menghormati kehendak orang yang telah berjasa bagi bangsa. Ini juga menyoroti perlunya rekonsiliasi dan pengakuan terhadap kontribusi berbagai tokoh sejarah, terlepas dari perbedaan pandangan politik yang mungkin ada. Kita perlu menempatkan rasa hormat yang setinggi-tinggi kepada para penjasa negeri ini. Mereka


Empat, Warisan Bung Karno dan Pentingnya Ingatan Sejarah. Terlepas dari lokasi pemakaman, yang lebih penting adalah bagaimana kita sebagai bangsa mengenang dan menghormati warisan Bung Karno. Menghidupi nilai-nilai yang beliau perjuangkan dan menjaga ingatan sejarah dengan cara yang adil dan seimbang adalah bentuk penghormatan yang sejati.

Lima, Persatuan di Atas Perpecahan. Bung Karno, melalui sikapnya yang rela mengorbankan dirinya demi mencegah perang saudara, telah mengajarkan pentingnya persatuan. Mengingat kembali wasiatnya yang tidak terpenuhi dan bagaimana ini bisa dijadikan pelajaran untuk memperkuat persatuan bangsa merupakan hal yang krusial.

(sumber: i.pinimg.com)
(sumber: i.pinimg.com)

Semoga kita dapat lebih menghargai jasa-jasa para pendiri bangsa dan memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang mereka perjuangkan tetap hidup dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejenak mari kita mengheningkan cipta untuk Bung Karno dan seluruh pahlawan dan bapa bangsa yang sudah meninggal. Semoga mereka bangga dengan bangsa yang kini sudah berusia 79 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun