Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ubek Kekancon dan Taruna Skagata

20 Juni 2024   22:56 Diperbarui: 23 Juni 2024   13:15 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Bungsu jadi Paman 1: Guyan Jaran (dokumentasi pribadi)

UBEK KEKANCON DAN TARUNA SKAGATA

Ada dua moment yang ingin saya bagikan sebagai penutup malam yang melibat kedua putra saya, yang berlangsung pada hari ini dengan jam yang hampir sama di tempat yang berbeda. Saya dan istri berbagi tugas. Istri menemani yang sulung (kelas X SMK) dan saya menemani yang bungsu (kelas 4 SD). Yang sulung di Kota Yogyakarta Utara, yang bungsu di wilayah Sleman Timur. Keduanya menjalankan perannya sendiri. Yang sulung yang terlibat dalam pentas seni oleh tim ekstra pramuka (meski dia juga mengikuti Tonti dan Bela diri) dilantik sebagai Taruna SKAGATA (SMK Tiga Yogyakarta). Sedangkan yang bungsu menjadi aktor drama singkat sebagai Paman 1: Guyang Jaran.

Sebelum liburan tiba dan pembagian raport, keluarga besar SD Kanisius Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta mengadakan UBEK KEKANCON (Usaha Berkreasi Keluarga Kanisius Condongcatur). Dalam Ubek ini para siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 (yang sudah menjadi alumni karena kemarin tanggal 19 Juni sudah resmi mengadakan perpisahan dan pelepasan) melakukan "Gelar Budaya", "Gelar Kreasi" dan "Gelar Karya" oleh dan dari anak-anak. Para orang tua (diwakili komunite kelas masing-masing) menggelar jajanan pasar untuk anak-anak. Tentu minuman dingin yang paling disenangi anak-anak.

Ubek diawali dengan misa syukur akhir tahun yang dipimpin oleh Pastor Agustinus Weruin, CMF dengan diiringi paduan suara oleh anak-anak yang tergabung dalam ekstra kurikuler "Padus/Paduan Suara." Dalam homilinya, Pastor Gusti mengajak anak-anak untuk bersyukur atas segala penyertaan Tuhan selama satu tahun menjalani masa pembelajaran. Segenap komponen sekolah -- yayasan, guru dan karyawan, peserta didik dan orang tua -- diajak untuk melihat kembali moment-moment penuh syukur yang dilewati bersama. Hanya syukur yang membuat kita semakin teguh berjalan menuju cita-cita yang sedang diperjuangkan, karena selalu yakin akan peran dan berkat Tuhan yang tidak berkesudahan.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Kanisius Paulina Rukun Triandari menegaskan bahwa Ubek selain untuk memberi ruang ekspresi kepada anak-anak juga menjadi bagian dari upaya agar segenap orang tua untuk ikut terlibat dalam acara yang melihat langsung gelar kreasi, gelar budaya dan gelar karya yang dilakukan oleh anak-anak. 

"Semoga acara semacam ini menjadi suatu nilai lebih dari sekolah kita bagi anak-anak. Diharapkan semakin banyak orang tua yang mau menitipkan anak-anak mereka untuk berdinamika bersama kita," kata Bu Ndari saat ngobrol-ngobrol seusai misa.


(foto: dari Bu Dewi, wali kelas IV)
(foto: dari Bu Dewi, wali kelas IV)

Bawang Merah, Bawang Putih dan Tiga Pesan

Setiap kelas menunjukkan kebolehan mereka baik secara kolosal (bersama-sama) maupun melalui perwakilan kelas (2-3 orang). Anak saya kebagian peran sebagai Paman Guyan Jaran. Para pemeran (Narator, Mbok Rondho, Bawang Putih, Bawang Merah, Buto Ijo, Paman 1 (anak saya) dan Paman 2: Angon Bebek, Nenek-nenek serta para penari) berhasil menjalankan peran mereka dengan baik.

Drama singkat "Bawang Putih dan Bawang Merah" yang dimainkan oleh anak-anak SD kelas 4 dalam nuansa musik tradisional Jawa ini membawa berbagai pesan sosial, moral, dan spiritual yang penting. Mari kita coba membedah pesan-pesan itu bagi anak-anak kita. Pertama, secara sosial drama ini mengajarkan dua hal, yaitu 1) pentingnya hidup rukun dan adil dalam masyarakat. Bawang Merah yang bersikap kejam dan egois kepada Bawang Putih menunjukkan bagaimana ketidakadilan bisa merusak harmoni sosial. Sebaliknya, sikap Bawang Putih yang sabar dan baik hati mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Dan 2) melalui tokoh Bawang Putih, anak-anak belajar untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Empati dan toleransi terhadap orang yang berbeda latar belakang atau keadaan sosial sangat ditekankan, mengingat Bawang Putih tetap berbuat baik meski diperlakukan tidak adil.

(foto dari Bu Dewi, wali kelas IV)
(foto dari Bu Dewi, wali kelas IV)

Kedua, secara moral drama ini mengajarkan bahwa 1) Bawang Putih yang sabar dan penuh kasih sayang akhirnya mendapat kebahagiaan, mengajarkan anak-anak bahwa kebaikan hati dan kesabaran akan selalu membawa hasil yang baik. Sikap tidak membalas keburukan dengan keburukan menjadi pelajaran penting dalam kehidupan sehari-hari. Dan 2) Bawang Merah yang akhirnya menerima konsekuensi dari perbuatannya menekankan bahwa kejahatan dan ketidakadilan akan membawa akibat buruk. Ini mengajarkan anak-anak untuk selalu bertindak dengan jujur dan baik, karena setiap tindakan akan ada balasannya.

Sedangkan ketiga, secara spiritual drama ini mencerminkan 1) keyakinan bahwa kebenaran dan kebaikan akan selalu menang pada akhirnya. Nilai ini sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak agar selalu percaya dan teguh dalam melakukan kebaikan. Dan 2) dalam konteks budaya Jawa, drama yang dibalut dengan musik tradisional memberikan nuansa spiritual yang kental. Musik gamelan dan lagu-lagu tradisional bisa mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan menghormati tradisi serta nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh nenek moyang.

Dengan memainkan drama "Bawang Putih dan Bawang Merah" dalam nuansa musik tradisional Jawa, anak-anak tidak hanya belajar tentang seni dan budaya lokal, tetapi juga memperoleh pendidikan karakter yang berharga. Pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual yang diangkat melalui cerita ini membantu membentuk generasi muda yang lebih baik, yang menghargai kebaikan, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan serta spiritual yang luhur.

Siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur (dokumentasi pribadi)
Siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur (dokumentasi pribadi)

Pemimpin Masa Depan Yang Berintegritas

Sebanyak 647 orang (566 siswa dan 81 siswi) SMK N 3 Yogyakarta dari tujuh jurusan (Desain Pembangunan, Konstruksi Pembangunan, Teknik Listrik, Teknik Mesin, Teknik Otomotis, Teknik Elektronika, Teknik Komputer Jaringan dan Boardcasting Perfilman) hari ini dilantik sebagai Taruna (Angkatan II). Para siswa dan siswi ini telah mengikuti pendidikan program ketarunaan selama 1 tahun dan puncaknya hari ini, 20 Juni 2024 mereka dilantik sebagai taruna. Progam ini dilakukan agar para siswa selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan profesionalisme. Seperti yang kami saksikan sendiri pada putra sulung, melalui progam ini para siswa mendapatkan kesamaptaan (kesiapan fisik), cek kesehatan atau posturisasi tubuh, baris-berbaris, kerohanian dan materi ruang yang berisi tentang peningkatan kompetensi dan soft skills siswa.

"Di pundak kalian terpikul harapan besar untuk menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas. Jadikanlah setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika. Seperti semboyan Taruna Skagata, Wira Paramartha Swakarya Bumintara, yang artinya Pemuda yang berkarakter, berbudi mulia, mandiri, dan siap berkarya untuk negeri, " kata Widada, S.Pd, M.Pd, Kepala Sekolah SMK 3 Yogyakarta dalam pesannya sebelum melantik para taruna.

Sulung dengan seragam taruna (dokumentasi pribadi)
Sulung dengan seragam taruna (dokumentasi pribadi)

Program Ketarunaan ini diadakan untuk membentuk karakter siswa menjadi anak yang baik, santun dan bermartabat. Sebuah program pengembangan karakter, internalisasi dan penerapan soft skill siswa yang dilakukan setiap seminggu sekali semenjak kelas X hingga kelas XII yang disesuaikan dengan permintaan industri agar menjadi lulusan siap didik dan siap pakai sesuai dengan kebutuhan industri. Hasilnya memang kelihatan, ketahanan fisik semakin terbentuk. Anak-anak tidak mudah menyerah pada kesulitan (mudah sakit) dan terbangun disiplin diri untuk semakin bertanggung jawab pada tugas belajarnya.

Para remaja ini "membiarkan diri" mereka dibentuk agar mereka --seperti kata kepala sekolah -- siswa dapat menerapkan delapan poin keutamaan. "Pertama, etika berkomunikasi secara lisan dan tulisan, kedua integritas diri, yang meliputi kejujuran, disiplin, komitmen, dan tanggungjawab. Ketiga, etos kerja, disiplin, menghargai waktu, inisiatif, jujur, bertanggung jawab, memiliki dedikasi yang tinggi, perhatian terhadap detail (teliti), terbuka terhadap saran dan masukan. Keempat, bekerja secara mandiri atau secara tim. Kelima, kepedulian sosial dan lingkungan. Keenam, ketaatan terhadap norma dan agama. Ketujuh, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), dan kedelapan Prosedur Operasional Standart (POS) yang berlaku di dunia kerja."

Sebagai orang tua, kami merasa bangga jika anak-anak kami yang sekolah di SMK ini mendapatkan pelayanan dan prioritas di sekolah ini melalui berbagai kegiatan yang mendukung pembentukan karakter dan ketahanan fisik yang nantinya berguna selepas anak-anak tamat dari sini dan menjalani kehidupan sesungguhnya di dunia kerja. Tentu ratusan orang tua yang hadir meyaksikan langsung pelantikan ini patut berterima kasih kepada para guru di sini yang sudah berusaha memberikan yang terbaik (bukan yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Sang Pencipta). 

Kelelahan yang dijalani si sulung bersama ratusan teman lainnya selama sebulan ini terbayar hari ini dengan resmi dilantik sebagai Taruna. Pelantikan ini tentu berarti semakin besar tanggung jawab mereka untuk semakin giat belajar dan menyesuaikan diri dengan masa depan dan tuntutan dunia kerja yang akan mereka hadapi kelak. Tentu ini sebuah terobosan di dunia pendidikan kejuruan yang patut didukung penuh oleh orang tua, para guru dan siswa sendiri.  

Kesempatan belajar menempa keterampilan sejak dini hingga menengah atas menjadi bekal yang mumpuni bagi para siswa di kemudian hari. Seni panggung mengajari para siswa untuk berani tampil di depan umum sembari menampilkan bakat-bakat mereka yang sudah dipoles oleh para guru.

Alfred B. Jogo Ena

Orang tua murid, guru di SMK KARYA RINI SLEMAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun