Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi di Senja yang Panas

14 Juni 2024   21:54 Diperbarui: 14 Juni 2024   22:08 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal cerita pahit tersisa
tentang para pejabat yang suka korupsi,
tak pernah merasa bersalah
meski operasi cuci tangan gencar
dari satu konferensi pers ke panjangan senyum berbalut kulit Oranye.

Suara ranting sepoi bergulir
membawa cahaya kebenaran yang dirindu,
tetapi para koruptor tetap lenggang
seakan tidak tahu bahwa mereka merusak tatanan.

Dalam sampah-sampah politik yang tertinggal
kita mesti berdiri tegak ekspresikan kebenaran yang tulus
sembari merangkul masa depan bersih yang terbuka lebar: entah!

Kopi di senja yang panas
membawa pesan bahwa kebenaran akan terus berlalu 
biarkan para koruptor sia-sia menahan hati mereka. 

Kita sudah pilih jalan kebenaran yang hakiki.
Pelan tapi pasti meski entah kapan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun