Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adil Menanti Fajar

11 Juni 2024   19:24 Diperbarui: 11 Juni 2024   19:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ADIL MENANTI FAJAR

Di negeri hukum yang amburadul,
Integritas tergadai, moralitas terkulai.
Penegak hukum, panglima yang hilang arah,
Menggandeng kekuasaan dalam gengsi,
Hilanglah keadilan, reduplah cahaya.


Tebang pilih menjalar, kepentingan diri menaungi,
Di bawah bendera hukum, keheningan melengking,
Suara keadilan kian meredup, terhimpit ego,

berebut empati dengan rompi oranye
mencari belas kasih di antara jeruji.


Tetap terdengar jeritan keadilan,

meski kebenaran mengguris (Melayu: melukai) hati,
meski terasa remang, api masih menyala,
di antara tumpukan asa
Kita, saksi bisu di ruang sepi, menanti fajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun