Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panti Jompo Itu Penjara Kesepian di Hari Tua?

3 Juni 2024   23:23 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: blogs.insanmedika.co.id)

PANTI JOMPO: PENJARA KESEPIAN DI HARI TUA

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan dua kisah. Pertama, di sebuah film pendek yang beredar di Reels Facebook ada kisah menarik tentang seorang anak yang marah atas sikap orang tuanya kepada sang nenek (ibu dari sang ayah). Sang Putri berusia enam tahun itu tidak terima dengan perlakuan orang tuanya yang suka marah-marah kepada sang nenek, yang memberi makanan berbeda dengan yang mereka makan, tidak membiarkannya ikut duduk di meja makan. Ketika suatu saat sang ibu (anak mantu dari si nenek ini) berencana akan memasukkan ibu mertuanya ke panti jompo, si anak langsung berteriak, "Nanti mama juga saya akan masukkan di panti jompo, saya tidak mau kasih makan pula." Si ibu dari gadis kecil itu kaget dan terpukul, ternyata apa yang dia lakukan akan dilakukan kembali kepadanya oleh anaknya sendiri. Hati-hati mengambil keputusan bila hendak memaukkan kakek nenek yang sudah lansia ke panti jompo. Bisa menjadi senjata makan tuan, alias karma itu dibayar kontan.

Kedua, penulis sejak usia kelas 1 SD tidak pernah mengalami artinya tinggal bersama kakek dan nenek karena harus pindah kota mengikuti ayah yang mengajar di lain tempat. Rasanya sulit membayangkan bagaimana punya kedekatan dengan kakek nenek. Maka ketika ada yang memasukkan kakek nenek di Panti Jompo rasanya aneh. 

Meski kakek dan nenek dari pihak Bapak hidup sampai di atas 80an tahun (kakek meninggal saat usia 82, sedangkan nenek saat usia 103 tahun) saya praktis hanya mengalami beberapa tahun bersama. Sedangkan dari pihak ibu hanya kakek yang sampai berusia 75 tahun (itupun hanya berjumpa tiga kali) sehingga tidak memiliki kedetakan emosional.

Dari dua pengalaman di atas, saya pribadi melihat bahwa memasukkan orang tua kita ke panti jompo tidak ada urgensinya. Apalagi saya yang sudah kehilangan Bapak 17 tahun dan Mama 3 tahun yang lalu, cita-cita untuk merawat orang tua tak pernah kesampaian. Boro-boro mau masukkan mereka ke panti jompo.

Ada pula tetangga yang bercerita pengalaman memasukkan ibunya ke panti jompo atas permintaan sendiri, karena dia merasa tidak dekat dengan anak mantunya. Apapun yang dipilih, memasukkan orang tua ke panti jompo tentu memiliki sisi-sisi baik dan buruk yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.

Ada beberapa sisi baik yang bisa dipertimbangkan untuk memasukkan orang tua ke panti jompo. Pertama, adanya perawatan yang profesional. Orang tua akan mendapatkan perawatan dari tenaga medis dan profesional yang terlatih untuk merawat orang lanjut usia dengan kebutuhan khusus mereka. Hal ini memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan mereka. 

Kedua, tersedianya Fasilitas. Panti jompo biasanya dilengkapi dengan fasilitas seperti kamar tidur yang nyaman, fasilitas medis, program kegiatan sosial, dan layanan katering. Ini dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup orang tua. 

Ketiga, adanya interaksi sosial. Di panti jompo, orang tua memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama penghuni dan staf, yang dapat mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesejahteraan emosional mereka. 

Keempat, mengurangi beban keluarga. Memasukkan orang tua ke panti jompo dapat mengurangi beban perawatan yang ditanggung oleh keluarga. Ini memungkinkan anggota keluarga untuk fokus pada pekerjaan, keluarga inti, dan aspek lain dari kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun