Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sabar Dalam Proses

17 Mei 2024   08:11 Diperbarui: 17 Mei 2024   08:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(png tree via pinterest.com)

Secara pribadi saya akan kesulitan untuk melanjutkan kalimat pada contoh pertama. Sedangkan pada contoh kedua, akan dengan mudah karena gambarannya sangat jelas.

Dalam belajar menulis, hendaknya kita berlatih untuk memudahkan diri kita sendiri dengan sesuatu yang mudah, kalimat yang mudah dipahami, diksi yang selaras, dll.

Seorang editor (penerbitan) yang berhadapan dengan tumpukan ratusan naskah atau ratusan email tawaran naskah yang masuk, (dari pengalaman saya pribadi, maaf ini tentu tidak sama dengan editor dan penerbit lainnya), akan menilai dari lima alinea pertama tulisannya (termasuk sinopsisnya). Jika sejak awal dia tertarik (memang ini agak subjektif sih) maka dia segera rekomendasikan bahwa naskah itu layak diperjuangkan untuk diterbitkan. Jika sejak awal dia sudah pusing dengan kalimat yang banyak typo tanpa pesan yang jelas maka naskah tersebut akan segera masuk kotak sampah alias tidak akan digarap lebih lanjut. Nasibnya bisa dikembalikan ke penulisnya (jika disertai perangko balasan), jika tidak hanya akan memenuhi gudang.

Pikatan atau godaan pertama sebuah tulisan, selain judul juga pintu (kalimat pembukanya) yang memang lapang untuk dilewati, shingga penulis segera bisa sampai ke ruang tamu atau ruang diskusi lainnya bersama sang pemilik tulisan. Begitulah analogi sederhananya.

Menulislah dengan kalimat dan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang memenuhi kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) , yang tidak banyak typo (kesalahan-kesalahan kecil yang mengganggu seperti penggunaan kata di sebagai kata kerja pasif atau di sebagai preposisi, penempatan tanda baca (koma, titik dua, titik, tanda tanya, tanda seru yang tidak dispasi di belakang kata yang diikuti dengan tanda itu), dan hal-hal teknis lainnya. Karena secara teknis saja sudah tidak beraturan, apalagi menyangkut isi dan alur berpikirnya. 

Menulis dengan baik pertama-tama bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri, apakah kita menghargai diri sendiri sehingga ketika orang membaca tulisan kita, orang seperti bertemu langsung dengan kita yang ramah, penuh rasa percaya diri, penuh rasa hormat pada diri sendiri (sehingga menghormati orang lain).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun