Sadar atau tidak, sejak pandemic covid-19, pola relasi kita yang awalnya face to face menjadi windows to windows, android to android. Jabatan tangan dan pelukan digantikan dengan salam ke udara tanpa rangkulan penuh empati. Bahasa dan kata yang tertulis dalam pesan singkat di WhatsApp dan messenger tak lagi mempedulikan reaksi penerima pesan, tak ada lagi sopan santun dan tata karma (yang menurut kita tidak beretika, padahal memang tuntutan zamannya sudah berbeda. Kita tidak bisa memperlakukan sama generasi sekarang dengan generasi 20 atau bahkan 40 tahun yang lalu.
Penting untuk menghindari konflik dan kebingungan dengan menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jujur, tetapi dengan kelembutan dan penuh hormat. Menghargai perbedaan, membangun kepercayaan, dan menciptakan ruang untuk dialog yang terbuka juga merupakan bagian penting dari komunikasi yang manusiawi.
Selain itu, kesadaran akan kekuatan kata-kata dan dampaknya sangat penting. Kata-kata memiliki kekuatan untuk menyembuhkan atau melukai, oleh karena itu, penting untuk memilih kata dengan bijak dan mempertimbangkan efeknya pada orang lain. Menuju komunikasi yang sungguh manusiawi melibatkan upaya untuk terhubung dengan orang lain secara lebih dalam, menghormati perasaan dan perspektif mereka, serta berkomunikasi dengan kejujuran, kelembutan, dan penuh pengertian.
Keunggulan dan Kelemahan
Alangkahnya tidak adilnya jika kita hanya menyoroti sisi negatif dari kecerdasan AI atau keunggulan kebijaksanaan hati, atau hanya melihat keunggulan AI dan meremehkan kebijaksanaan hati. Baik AI maupun hati manusia memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Jika kita membaca aneka pertanyaan reflektif yang disodorkan Paus Fransiskus pada bagian-bagian akhir pesannya, kita bisa meringkas keunggulan dan kelemahan dua dunia (teknologi dan manusia).
Secara singkat kita dapat melihat keunggulan Kecerdasan Artifisial (AI). Pertama, AI dapat menganalisis data dalam skala besar dengan cepat dan secara objektif, membantu dalam pengambilan keputusan yang berbasis data. Kedua,AI dapat memberikan respons yang konsisten dan dapat diandalkan tanpa dipengaruhi oleh emosi atau perasaan. Ketiga, AI dapat mengotomatiskan banyak tugas rutin dan operasional, membebaskan waktu manusia untuk fokus pada tugas yang memerlukan kecerdasan emosional.
Di sisi lain, kita juga melihat kelemahan AI. Pertama, AI tidak memiliki kemampuan untuk merasakan emosi atau memahami konteks emosional dalam komunikasi manusiawi. Kedua, AI cenderung terbatas dalam kemampuan beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga atau kompleks yang mungkin memerlukan pemahaman emosional. Ketiga, AI dapat mencerminkan bias yang ada dalam data pelatihan, menyebabkan hasil yang tidak adil atau diskriminatif.
Sekarang mari kita lihat keunggulan kebijaksanaan hati manusia. Pertama, kebijaksanaan hati memungkinkan manusia untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, memfasilitasi komunikasi yang penuh empati dan pengertian. Kedua, kebijaksanaan hati memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan situasi dan individu secara lebih fleksibel, memungkinkan komunikasi yang lebih efektif. Dan ketiga, kebijaksanaan hati membantu dalam membuat keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai moral dan etika, mempromosikan komunikasi yang bertanggung jawab dan berdasarkan nilai.
Sedangkan kelemahan kebijaksanaan hati manusia antara lain, Pertama, manusia cenderung dipengaruhi oleh emosi dan pengalaman pribadi dalam proses pengambilan keputusan, yang dapat mempengaruhi objektivitas. Kedua, manusia tidak selalu berhasil memahami secara akurat perasaan atau kebutuhan orang lain, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau konflik. Dan ketiga, kebijaksanaan hati memerlukan waktu dan energi untuk dikembangkan dan diterapkan, dan tidak semua orang memiliki keterampilan ini secara alami atau melalui pelatihan.
Akhirnya, semoga pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sedunia ini semakin menginspirasi kita untuk semakin bijak dan manusiawi memperlakukan sesame dalam komunikasi langsung maupun tidak langsung. Dalam menciptakan komunikasi yang sungguh manusiawi, penting untuk menggabungkan kecerdasan buatan dengan kebijaksanaan hati manusia. Kecerdasan buatan dapat memberikan analisis yang objektif dan efisien, sementara kebijaksanaan hati manusia membawa aspek empati, pengertian, dan nilai-nilai moral yang diperlukan untuk komunikasi yang berarti dan mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H