Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiga Dampak Utama dari "Fake Productivity"

7 Mei 2024   22:56 Diperbarui: 7 Mei 2024   23:07 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, kehilangan makna dan tujuan. Jika seseorang terjebak dalam siklus "Fake Productivity", mereka mungkin kehilangan makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka. Mereka mungkin merasa terputus dari nilai-nilai yang lebih dalam atau tujuan yang lebih besar dalam hidup mereka. Ketika seseorang terjebak dalam siklus kerja yang tidak efektif dan hanya berfokus pada penampilan produktivitas yang palsu, mereka cenderung kehilangan koneksi dengan nilai-nilai yang lebih dalam atau tujuan yang lebih besar dalam hidup mereka. 

Ada beberapa hal yang membuat "Fake Productivity" dapat menyebabkan kehilangan makna dan tujuan:

1). Kehilangan fokus pada nilai yang sebenarnya. Saat seseorang hanya fokus pada penampilan produktivitas dan tidak memperhatikan tujuan yang lebih besar atau nilai-nilai yang sebenarnya penting bagi mereka, mereka cenderung kehilangan arah dalam pekerjaan mereka. Mereka mungkin merasa terputus dari motivasi intrinsik mereka dan hanya berusaha memenuhi harapan eksternal.

2). Keterputusan dari visi pribadi. "Fake Productivity" dapat mengaburkan visi pribadi seseorang tentang apa yang mereka inginkan dalam hidup mereka dan di mana mereka ingin menuju dalam karier atau kehidupan mereka secara keseluruhan. Tanpa visi yang jelas atau tujuan yang terdefinisi dengan baik, seseorang dapat merasa kehilangan arah dan tujuan dalam pekerjaan mereka. Ibarat kata, berjalan tanpa maps, sehingga seringkali nyasar di mana-mana, menemui jalan buntu atau bahkan semakin jauh dari tujuan awal: kehilangan konektivitas dengan diri.

3) Kehilangan kepuasan. Saat seseorang terjebak dalam siklus kerja yang tidak efektif, mereka mungkin tidak merasakan kepuasan yang sebenarnya dari pekerjaan mereka. Mereka tidak merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki makna atau memberikan kontribusi yang berarti, karena mungkin saja mereka telah merasa kehilangan motivasi dan semangat untuk melanjutkan.

4). Kehilangan keseimbangan hidup dan kerja. "Fake Productivity" seringkali dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi seseorang. Saat seseorang hanya fokus pada penampilan produktivitas di tempat kerja, mereka mungkin mengorbankan waktu dan energi yang seharusnya mereka alokasikan untuk hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan mereka, seperti hubungan sosial, kesehatan, atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka menjadi maniak kerja, segala tempat dipakai untuk kerja. Pekerjaan kantor dibawa pulang ke rumah, sehingga waktu bersama keluarga terampas. Dan hasilnya malah pekerjaan itu tetaplah tidak produktif.

Untuk mengatasi kehilangan makna dan tujuan akibat "Fake Productivity", maka penting bagi seseorang untuk melakukan refleksi yang mendalam tentang nilai-nilai mereka, tujuan mereka, dan apa yang benar-benar penting bagi mereka dalam hidup. Dengan mengidentifikasi dan mengarahkan energi mereka ke arah yang lebih sejalan dengan nilai dan tujuan yang sebenarnya, mereka dapat menemukan kembali makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka dan hidup mereka secara keseluruhan.

Kedua, ketidakpuasan spiritual. "Fake Productivity" dapat menghalangi perkembangan spiritual seseorang karena mereka mungkin tidak memberikan waktu atau perhatian yang cukup pada kegiatan atau praktik yang memberi kedamaian atau kepuasan spiritual. 

Ada beberapa hal yang membuat "Fake Productivity" menghalangi perkembangan spiritual seseorang:

1). Kurangnya waktu untuk refleksi dan meditasi. Saat seseorang sibuk dengan tugas-tugas dan target produktivitas yang palsu, mereka mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk merenung atau bermeditasi. Kegiatan ini penting dalam pengembangan spiritual karena membantu seseorang untuk menyatukan pikiran mereka, menemukan kedamaian dalam diri mereka, dan menghubungkan dengan dimensi spiritual mereka.

2). Kurangnya keseimbangan dan harmoni. "Fake Productivity" acapkali mengarah pada ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi seseorang. Ketika seseorang terlalu fokus pada produktivitas di tempat kerja, mereka mungkin mengorbankan waktu yang seharusnya mereka alokasikan untuk kegiatan spiritual atau praktik yang memberi mereka rasa kedamaian dan harmoni bersama keluarga atau bahkan untuk diri mereka sendiri jika masih single alias jomblo. Ingat, keseimbangan antara yang jasmani dan rohani amatlah perlu, sehingga kita tidak memandang pekerjaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan (meski sesungguhnya kita makan dari hasil pekerjaan itu)

3). Ketidakmampuan untuk menyadari kebutuhan spiritual. Saat seseorang terjebak dalam siklus kerja yang tidak efektif, mereka mungkin kehilangan kesadaran tentang kebutuhan spiritual mereka dan pentingnya merawat dimensi spiritual dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin merasa puas dengan pencapaian material atau kesibukan sehari-hari dan mengabaikan kebutuhan batin mereka.

4). Ketidakpuasan emosional dan kehampaan. Jika seseorang tidak memberikan waktu atau perhatian yang cukup pada kebutuhan spiritual mereka, ini dapat menyebabkan ketidakpuasan emosional dan perasaan kehampaan. Kehilangan hubungan dengan dimensi spiritual mereka dapat membuat seseorang merasa terputus dari diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar mereka. Kita sering menemukan orang yang memiliki segalanya dari hasil kerjanya namun tidak menikmati hasilnya,ia merasa hampa dan tanpa nilai.

Untuk mengatasi ketidakpuasan spiritual akibat "Fake Productivity", perlulah bagi kita untuk menyadari pentingnya merawat dimensi spiritual dalam kehidupan. Dengan menyeimbangkan kehidupan kerja dengan perhatian terhadap kebutuhan spiritual, seseorang dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan spiritual mereka.

Akhirnya, kita bisa simpulkan dalam satu kalimat ini, bahwa "Fake Productivity" tidak hanya memengaruhi kinerja dan hasil kerja seseorang, tetapi dapat berdampak secara luas pada kesejahteraan psikologis, ekonomis, dan spiritual. Terima kasih, semoga menginspirasi kita semua.

Beberapa sumber bacaan:

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-produktivitas-productivity-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-produktivitas/

https://media.neliti.com/media/publications/23435-ID-berbagai-pandangan-tentang-produktivitas.pdf

https://produktivitasdiri.co.id/fake-productivity-produktivitas-bohongan/

https://medium.com/@roosita_ahk/what-is-fake-productivity-how-to-prevent-it-46cd0636226e

https://www.idntimes.com/business/economy/kamila-sayara-avicena/6-definisi-produktivitas-kerja-menurut-para-ahli-yuk-cari-tahu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun