Terima kasih ya Mas, puisimu ini menciptakan suasana introspektif dan refleksi yang mendalam tentang keraguan, kehati-hatian, dan ketidakpastian dalam menjalin hubungan interpersonal, serta tentang kompleksitas emosi yang muncul saat ingin mendekati seseorang yang tampaknya sedang berjuang atau dalam kesulitan. Ada rasa ewuh pakewuh, ada rasa segan takut menyinggung. Karena Mas pasti tahu, bahwa lebih baik "kere" bermartabat" daripada kaya raya karena korupsi, kolusi apalagi kalau itu nepotisme. Bukankah saat Mas pergi, nepotisme atau dinastisisme kian hidup dalam masyarakat kita?
Kabari ya kalau di sana asyik ya?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H