Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Diary

Doesn't Give Up On You (Tidak "Mencampakkan" Anda)

22 April 2024   19:47 Diperbarui: 22 April 2024   19:49 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: pinterest.com)

DOESN'T GIVE UP ON YOU (Tidak "Mencampakkan" Anda)

Oleh: Alfred B. Jogo Ena 

 

 "Apapun situasimu, aku akan berusaha untuk bersamamu" (ABJE).

Penting untuk diketahui....

Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, "Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?"

Sebagian besar murid-murid itu menjawab,

"Aku benci kamu!"

"Kamu tau aku buta!!"

"Kamu egois!"

"Nggak tahu malu!"

Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab. Kata si murid, "Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, 'Tolong jaga anak kita baik-baik'".

Guru itu terkejut dan bertanya, "Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?"

Murid itu menggeleng. "Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis."

Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, "Jawaban ini benar."

Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.

Bertahun-tahun kemudian sang suami juga meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, "Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana."

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam. Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.

Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.

Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.

Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.

Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.

Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.

Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.

Mereka yang sering menyanjungmu setinggi langit, mungkin bukan karena engkau pahlawan, tapi mungkin karena mereka memaafkan keburukanmu.

Mereka yang selalu menghinamu dan menghakimimu, mungkin bukan karena mereka membencimu, tapi karena mereka ingin menguji ketulusan cintamu. (Sumber: //www. islampos.com, diunggah dari FB FamilyGuide)

Penting untuk direnungkan....

Sahabat sejati selalu berusaha untuk bertindak jujur dan terbuka. Ia tidak akan berlaku curang dan menghilang begitu saja. Ia selalu berusaha untuk bersama sang sahabat. Apapun yang terjadi, apapun keadaan yang sedang menimpa, dia akan selalu berusaha memberi waktu, kesempatan, budi dan hati untuk berbagi dengan sahabat.

(sumber: regniws.blogspot.com)
(sumber: regniws.blogspot.com)

Sahabat sejati, tidak akan dengan mudah meninggalkan sahabatnya sendiri atau kehilangan jalinan/ikatan persahabatan tanpa "berita". Ia akan selalu berusaha untuk setia dan konsisten dengan sahabatnya.

Secara manusiawi, bukankah kita biasanya bersahabat hanya ketika sedang senang dan untung? Ketika sahabat kita sedang mendapat kelimpahan rezeki? Ketika dia masih menyayangi kita? Ketika dia masih menuruti segala kemauan dan kehendak kita? Ketika kita sedang sama-sama senang dan sehat? Lalu, ketika menderita dan sakit, apalagi menderita penyakit yang mematikan, berakhirlah masanya dia menjadi sahabat kita? Memang ada tipe orang yang opportunis dan hanya membutuhkan orang lain jika sedang menderita dan susah. Namun jika sedang senang dan bahagia, orang lain menjadi musuh yang patut diwaspadai, bila perlu dijauhkan sama sekali.

Seorang sahabat sejati tidak akan pernah melakukan itu. Seorang sahabat sejati akan selalu berkorban bagi sahabatnya. Apapun yang terjadi, seorang sahabat akan berupaya agar sang sahabat bahagia, termasuk bahagia dengan setiap pilihan dan keputusan hidupnya. Janganlah tinggalkan atau campakkan sahabatmu ketika dia sedang "sekarat" dalam segala hal. Hanya padamu dia berharap sembari menyerahkan hidupnya pada Sang Kehidupan. Persahabatan yang abadi ibarat emas yang selalu diuji dalam api, sehingga keemasannya semakin tampak.

Kisah sang istri yang rela ditinggal sang suami di atas mengingatkan kita sekali lagi bahwa dasar dari segalanya adalah cinta, cinta dan cinta. Kita tidak perlu berpuruk sangka pada apa yang dilakukan orang lain, hanya karena kita melihat mereka "seperti" mengorbankan orang lain. Kita hanya membutuhkan waktu dan keberanian untuk menyatakannya kepada mereka yang kita cinta sebelum segala sesuatu yang buruk terjadi pada kita. Akankah kita juga akan menyesal bila tidak pernah menyatakan cinta pada sahabat, anak, istri atau suami kita? Pilihan di tangan Anda. (abje)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun