Keempat, Pemerintah dan Organisasi Profesional. Pemerintah dan organisasi profesional harus memastikan bahwa dokter dan mahasiswa kedokteran memiliki akses ke dukungan kesehatan mental yang memadai.Â
Mereka juga harus mendorong dan mendukung penelitian tentang kesehatan mental di kalangan profesional medis dan mencari solusi untuk mengurangi tekanan kerja di sektor ini. Karena para professional medis ini nanti akan berkarya di tengah masyarakat dengan aneka tekanan dan tuntutan.Â
Perlu ada pelatihan-pelatihan menyangkut emosi dan kejiwaan agar para professional medis ini memiliki ketahanan diri yang prima, tidak mudah depresi dan mengambil keputusan instan yang merugikan diri sendiri.
Pendekatan Yang Perlu Dilakukan
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan para pihak untuk membantu para mahasiswa (kedokteran) menghadapi tekanan dan beban belajar yang tinggi.
Pertama, Pendekatan Psikologis. Dalam pendekatan ini, mahasiswa didorong untuk mencari bantuan dari konselor atau psikolog kampus jika mereka merasa stres atau tertekan. Terapi kognitif perilaku juga dapat digunakan untuk membantu mahasiswa mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif.Â
Selain itu, teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat diajarkan untuk membantu mengurangi stres. Meski sekolah atau kampus menyediakan sarana Bimbingan dan Konseling, seringkali tidak dimanfaatkan dengan baik baik oleh dosen maupun mahasiswa. (Saya sendiri tidak tahu pasti bagaimana keadaan kampus-kampus dewasa ini, apalagi menyediakan layanan ini).
Kedua, Pendekatan Pedagogis. Dosen dan staf pengajar harus dilatih untuk mengidentifikasi tanda-tanda stres dan kesehatan mental yang buruk pada mahasiswa. Selain itu, kurikulum dan metode pengajaran harus disesuaikan untuk mengurangi tekanan akademik dan mendorong pembelajaran yang seimbang dan sehat. Kenyataan seringkali berkata lain, pergantian kurikulum seperti sebuah proyek jalan tol, bisa berubah-ubah kapan saja, tergantung siapa menterinya.
Ketiga, Pendekatan Sosiologis. Pendekatan ini melibatkan penciptaan lingkungan sosial yang mendukung di kampus. Ini dapat mencakup pembentukan grup dukungan peer (peer to peer supporting untuk sharing dan diskusi bersama termasuk soal perasaan dan beban yang sedang dialami kepada teman sebayanya), penyediaan ruang sosial bagi mahasiswa untuk dapat bersantai dan berinteraksi, dan promosi kegiatan sosial dan ekstrakurikuler.
Keempat, Pendekatan Spiritual. Beberapa mahasiswa mungkin merasa mendapat manfaat dari pendekatan spiritual, seperti berdoa, meditasi, atau berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Kampus mungkin perlu menyediakan ruang dan sumber daya untuk mahasiswa yang ingin menjelajahi atau mempraktikkan keyakinan spiritual mereka.Â
Kampus-kampus Katolik biasanya ada kegiatan rekoleksi atau retret tahunan. Kegiatan ini sangat mendukung mahasiswa untuk diajak masuk ke dalam dirinya dan merefleksikan seluruh perjalanannya selama satu semester atau satu tahun pembelajaran. Di sana dia akan menimba kekuatan spiritual menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Ada banyak latihan rohani/spiritual yang bisa dilayani sesuai dengan agama masing-masing.