Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Jago belum berkokok
Petrus sudah menggenapi ramalan Sang Guru
kala dia ketakutan atas amukan massa
yang berteriak: “Bukankah Kau murid Orang itu?”
Massa yang terhasut oleh ciutnya nyali para imam agung
Dan ahli-ahli Taurat terus berteriak:
“Salibkan Dia, Salibkan Dia,
Dia bukan raja kami
Dia hanya mengklaim jadi raja kami
Bebaskan si penjahat Barabas
Salibkan Orang ini.”
Petrus yang gemetaran hanya menyesal
Tak ada lagi kegarangan kala diredam
Hasutan imam kepala yang terbakar
Cemburu dan dengki pada Orang itu
Mengiringi nyanyian dengki orang banyak
Salibkan Dia, Salibkan Dia
Dia bukan bagian dari kami
Karena menganggap dirinya Putra Allah.
Pilatus si tukang cuci tangan
Mulai gelisah ketika pengadilannya tidak ada titik temu
Yang tenggelam dalam nyanyian massa:
Engkau bukan sahabat kaisar
Jika membebaskan Orang itu.
Percuma alibinya aku tak menemukan kesalahannya
Jika dia jadi pemimpin tak bernyali
Yang kandas oleh tuntutan massa
Tak berani memihak kebenaran
Termakan korban politik kambing hitam
Para ahli kitab yang meminjam bibir massa
Kini pun begitu,
Para pemimpin hilang nyali
Terhempas oleh nyanyian beringas massa
Yang buta pada kebenaran
Tersilau lembaran keping perak
Gadai harga diri
Sembari cuci tangan sehabis mencuri
Tak merasa bersalah atas nama kebenaran
Meniru Pilatus yang bertanya:
Apakah kebenaran itu wahai Raja?
Jika Kau mau bekerjasama,
Aku bisa membebaskanMu
Politik kambing hitam diperankan indah para ahli kitab
Menggunakan bibir massa Yahudi
Memakai tangan tentara Romawi
Mulut dan tangan mereka bersih
Saksikan Orang itu selesai di tiang salib
Di atas hamparan kemunafikan
Kala mereka elukan masuk Yerusalem:
Hosana, Dialah Sang Raja
Yang kini terpidana
Terentang tak berdaya
Di tiang politik cuci tangan.
Sungguh Orang itu
Mengakhiri semua kutuk nabi
jadi damai dan selamat semesta.
Yogyakarta, 7 April 2023
Selepas Jumat Agung Kedua
Di Gereja Santo Petrus dan Paulus Minomartani
Paskah sudah kita rayakan hampir dua pekan silam, tetapi sisa-sisa tindakan sebelum
paskah masih kita warisi hingga hari ini. Itu manusiawi. Kita masih butuh penebusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H