Tidak hanya buku Timeus dan Critias Plato yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar itu, buku pesawat Bumi ini, merupakan referensi tertulis, sebagai jejak tangan sang Pencipta yang tak pernah selesai untuk didalami dan ditulis oleh para penulis masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jadi, buku adalah menulis kembali yang sudah ada, dengan tujuan membantu pembaca untuk mencari dan menemukan pebanding, biar tidak disalahkan lagi seperti pengalaman dr. Terawan.
Yang menjadi persoalan ialah beranikah kita selalu mencari dan membaca buku-buku yang sudah dituliskan oleh para penulis, ditengah dunia yang super sibuk dan instan ini? Sudah sibuk, instan, gagal paham lalu mempersalahkan orang lain apalagi penulis yang telah menulis dengan susah payah itu.
Ingat, hasil karya baik itu seniman, penulis, peneliti, ataupun pelaku karya lain, hanya di Indonesialah yang paling murah dan jarang dihormati. Yang ada hanya murah, jempol terbalik, mengolok, dan plagiat. Sulit untuk maju dan berkembang. Maju dan berkembang selangkah, mundur lebih dari dua langkah, hanya karena sikap tidak menghargai dan menghormati karya orang lain.
Pangkalpinang, 24 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H