Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buah dari Puasa dan Pantang, Olah Diri Pribadi untuk Sesama

15 April 2022   11:04 Diperbarui: 15 April 2022   11:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa, menahan diri. Menahan diri ini diungkapkan dengan tidak melakukan keinginan fisik. Ungkapan untuk tidak melakukan keinginan fisik yang nampak bisa dalam berbagai cara. Cara yang umumnya dilakukan ialah tidak makan atau kurangi makan.

Praktek dalam Gereja Katolik, puasa, tidak melakukan keinginan fisik dengan kurangi makan. Misal, jika sehari tiga kali makan, bisa selama tiga kali makan, makananya dikurangi atau kalau makan tidak kali, pilih salah satu yang tidak, atau makan kenyang sekali.  

Puasa juga menahan keinginan fisik, berupa tidak berkelahi, tidak ribut, dll. Semuanya ini dilakukan demi suatu niat yang suci, pengudusan diri dan menolong sesama yang lain.

Sementara pantang, tidak makan daging. Biasanya, Gereja Katolik menetapkan pada hari Rabu Abu dan hari Jumat (Agung). Puasa dan pantang, dalam Gereja Katolik dijalankan selama 40 hari. 

Dasar lamanya puasa dan pantang ini, dari Kitab Suci khususnya dalam Kitab Keluaran 34: 28, Injil Matius 4: 2. Penetapan puasa dan pantang, tidak hanya secara institusi, yang biasanya melalui Gereja Lokal, Keuskupan masing-masing, namun yang utama ialah olah diri pribadi, mati raga, dan olah tapa pribadi. Sehingga tampak lahiriah, tidak menjadi seragam. 

Karena orang Kristiani menyadari juga akan nasihat Sang Juruselamat ini, "Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku (Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Mat. 6:16).

Buah Puasa dan Pantang

Menahan diri, merem diri, dan lebih bersikap sabar merupakan kemenangan dalam mengolah diri. Ini tuntutan bagi semua orang. Bukan soal umur yang sudah dewasa. 

Menahan diri, merem diri, dan lebih bersikap sabar, adalah kebajikan. Kebajikan ini terinternal dalam diri. Sambil melihat situasi diri dan sesama. Bahwa sesama adalah manusia, juga memiliki kebajikan. Menahan diri, merem diri, dan bersikap sabar, menjadi bermakna sosial, jika pribadi yang mengolahnya itu, menyajikannya dalam situasi sosial secara bijak. Disinilah, makna puasa dan pantang, menjadi teladan, contoh bagi sesama.

Puasa dan pantang menjadi tak berdayaguna, ketika memaksa orang lain untuk mengikuti dirinya. Lebih tak berdayaguna lagi, ketika puasa dan pantang, diri pribadi menampilkan kekerasan, arogansi, dan kebrutalan. Lebih diperparah lagi, kalau sikap kekerasaan itu menjadi kekerasaan massal.

Buah puasa dan pantang, tidak hanya untuk diri sendiri atau keluarga sendiri. Namun, buah puasa dan pantang itu harus bermakna juga bagi orang lain. 

Gereja Katolik selalu mengajak umatnya, untuk memaknai puasa dan pantang itu lebih peduli dan solider kepada yang lemah, yang tak berdaya, lanzia, anak-anak kecil dan jalanan, orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang lebih membutuhkan.

Hal ini senada dengan nasihat Yesus, Tokoh sentral Kekristenan: "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat. 25:35-40). ***

Pangkalpinang, Jumat Agung, 15/4/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun