Film boneka arwah atau pun film boneka dengan prototype seram seperti drakula, dll menjadi laris ditontonkan, bukan lagi memiliki nilai-nilai yang mendidik atau memotivasi seseorang tetapi justru membawa dampak negatif dalam pikiran dan yang membentuk karakter hidup orang. Bukan mau mendapat pendidikan bagi yang menonton tetapi mendapat bayaran yang mahal bagi produser dan bintang filmnya.
Film Boneka Arwah, Imajinasi yang berlebihan
Boneka, itu benda mati. Ketika difilmkan, boneka dibuat seperti manusia. Ini produk film agar laku di pasaran. Ini imajinasi yang hemat saya masih dalam tingkat yang wajar.
Film Boneka Arwah, diangkat dari suatu kehidupan sosial masyarakat. Dimana kehidupan sosial masyarakat itu masih tergambar dalam simbol-simbol. Simbol-simbol bagi suatu masyarakat memiliki kekayaan tersendiri. Banyak nilai-nilai kehidupan sosial didalamnya.
Namun, ketika difilmkan, makna simbol-simbol tadi sirna. Produser dan bintang film mengangkat satu topik khusus. Topik khusus ini yang disajikan kepada para penonton.
Disinilah sebuah imajinasi yang awal kreatif dan popular karena memiliki keragaman nilai, menjadi sempit. Realitas yang luas disempitkan karena hanya mengangkat satu topik. Dan tema yang satu ini membuka mata para penonton, dan para penonton menerimanya sebagai kebenaran yang satu ini. Hemat saya tidak hanya ini, namun masih ada hal lain. Dengan begitu para penonton seakan hanya mendapat gambar yang telah dipermak, dan mengesampingkan hal lain.
Karena itu, bagi saya Film Boneka Arwah, kurang memiliki nilai-nilai pendidikan. Tetapi hanya memberikan rasa takut bagi penonton dan menafikan nilai-nilai sosial yang lain yang hidup dalam masyarakat yang majemuk.
Pangkalpinang, 11 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H