Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan, Pejuang Handal dan Reformis dalam Kehidupan Sosial

22 Desember 2021   22:11 Diperbarui: 22 Desember 2021   22:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan dan Ibu hebat yang menjadi inspirasi saya (dokpri)

Gambaran kita tentang peta perjalanan hidup seorang perempuan, dari waktu ke waktu telah berubah. Mulai dari pada suatu masa, perempuan hanya ada di rumah hingga masa kini perempuan go to public. 

Lukisan kita tentang perempuan yang terus berubah, tidak hanya didukung oleh latarbelakang pendidikan dan status sosial. Tetapi isi didalam pendidikan dan status sosial seorang perempuan itu ialah perjuangan reformis perempuan itu sendiri. 

Perjuangan reformis perempuan inilah secara sadar atau tidak, mengubah mindset publik tentang figur perempuan itu.

Perempuan dengan latarbelakang apapun, ia adalah Ibu. Ibu yang pada suatu masa, hanya dininabobokan sebagai ibu rumah tangga dengan peran melahir serta membesarkan anak. Ibu yang setia menjaga rumah. Entah di rumah ada asap atau tidak, hanya dia-lah yang tahu. 

Tetapi, kini tumbuh mindset tentang gambaran seorang perempuan dan ibu, jauh berubah dan berbeda. Ini disebabkan karena "awareness", sebuah kesadaran bahwa perempuan atau ibu adalah ada. 

Ada yang menghadirkan ada-nya dalam konteks sosial. Ada-nya, yang selalu sadar akan kehadiran, secara tidak sadar menuntun semua yang ada disekitarnya, mengakuinya, perempuan atau ibu. Bahwa betapa bermakna kehadirannya sebagai perempuan atau ibu.

Perempuan atau ibu, kini bergeser jauh, jauh hingga boleh dikatakan "menguasai ruang publik". Atau dalam tulisan saya beberapa artikel menyebutnya sebagai "arena". Kita bisa menengok kenyataan dari "manejer di rumah" hingga manejer di kantoran. 

Menjadi "guru di rumah" bergeser menjadi guru di sekolah-sekolah untuk semua anak didik. Sehari-hari sepanjang waktu menggenggam senduk dan pisau serta tangan yang basah karena terus mencuci, bergeser waktu menjadi seorang dosen yang memegang spidol memetakan angka dan huruf akuntansi, dll. 

Dari "pengatur lalulintas keuangan di rumah" bergeser ke ruang publik, menjadi polwan lalu lintas kendaraan dan menjadi menteri keuangan negara kita, dan seterusnya. 

Pendeka kata, masa dulu perempuan atau ibu begitu hening cipta (hymne), masa kini menjadi gegap gempita (mars). Iya... itulah yang disebut "perubahan".

Perubahan dalam Membaca Makna Seorang Perempuan atau Ibu

Ibu Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan RI, pada Kabinet Indonesia Bersatu II, dalam pengantar buku "Perempuan dan Pemberdayaan" (xv: 1997), menulis pikiran Ibu Prof. Dr. Saparinah Sadli, mantan ketua Komnas Perempuan, 1998-2004 menegaskan tentang perempuan begini.

"... suatu masa ketika ambisi yang paling tinggi dari sebagian besar perempuan adalah kawin dengan laki-laki yang baik, dengan kehidupan keluarga yang hangat dan tenang, serta membesarkan anak-anak yang sehat, senang dan sukses, yang pada waktunya juga akan kawin "baik-baik"

Pernyataan ini, secara implisit mau mengatakan bahwa Ibu Saparinah, mempunyai keinginan yang tinggi untuk maju, untuk berubah. Keinginannya dibuktikannya hingga mencapai gelar doktor Psikologi. Bahkan lebih dari itu, menjadi Guru Besar di Universitas Indonesia. 

Peluang yang ada diolahnya menjadi kekuatan; yang menunjukkan bahwa perempuan atau ibu memiliki kesempatan untuk hadir di ruang publik, membangun bangsa ini melalui dunia akdemis.

Memang kesempatan tidak datang kedua kali. Kesempatan yang ada diambilnya secara optimis untuk bangkit melawan masa lalu, kemudian melihat masa depan dengan cermelang. Inilah salah satu contoh perempuan atau ibu.

Contoh lain misalnya dilukiskan oleh Liu Ban Fo atau sering dikenal para aktivis Credit Union, Munaldus Nerang dalam sebuah novel dengan judul dalam bahasa Spanyol: "Yo Te Amo" (aku mencintaimu), terbit 2018 oleh PT. Elex Media Komputindo.

Liu Ban Fo melukiskan bahwa Veron dengan latarbelakang pendidikan S1 Ekonomi, dari pedalaman Kalimantan menjabat sebagai seorang CEO di sebuah Credit Union di Kalimantan. Perjuangan Veron hingga menjabat CEO tidak berjalan mulus.

Tetapi karena kemauan, jujur, disiplin, rajin, ulet, dan tekun yang menjadi karakternya, Veron mampu menduduki jabatan tersebut. Tentu masih banyak lagi kisah perempaun atau ibu yang luar biasa hebat.

Dari dua tokoh perempuan atau ibu diatas, ternyata peluang dan kesempatan itu, kini telah dirasakan dan dijalankan oleh perempuan atau ibu zaman kini. 

Walaupun peluang dan kesempatan itu kecil, sederhana, dan ringan. Yang terpenting ialah, bahwa peluang dan kesempatan yang ada, diambil dan dijalankan sebagai suatu proses menuju penemuan sesuatu yang berguna. 

Sudah saatnya bahwa perempuan memiliki waktu, arena, dan kondisi yang sama dengan yang lainnya. Hanya komitmen dan bersikap berani untuk mengatur waktu.

Perempuan atau Ibu yang sederhana yang kini telah tua

Menjadi tua adalah proses yang dialami oleh semua manusia. Menjadi tua tak bisa ditolak. Menjadi tua bisa bertahan jika dirawat dan dijaga.

Menjadi tua adalah alamiah. Proses alamiah ini lebih dahulu dialami oleh orangtua kita, khususnya perempuan atau ibu. Tua bagi seorang perempuan atau ibu, bukan menjadi penghalang untuk ia bergerak kemana-mana. Bahkan jika tidak bergerak karena dialarang anak atau cucunya, malahan sakit.

Pengalaman tua ini dialami oleh perempuan atau ibu yang melahirkan saya. Setiap kali ditelephon, ibu selalu mengambil telephon lebih dahulu untuk berbicara. Dan kata pertanya yang diucapkan ialah tanya seputar kesehatan, sudah makan atau belum, isteri dan anak sehat atau tidak.

Suaranya terdengar terbata-bata dari seberang sana, matanya terbuka kecil dan kabur-kabur, tetapi masih bisa membedakan anaknya kurus atau gemuk, tertawa atau diam, dll.

Pengalaman di dapurnya menyanyikan rindu bagi anak-anaknya. Ingin untuk menikmati masakan yang sederhana sayur daun kelor. Masakan sayur kegemarannya selama hari demi hari, bahkan hingga sekarang.

Hari ini, 22 Desember, dunia sejagad merayakan hari Ibu. Entah adakah hari bapak? Saya sendiri tak tahu! Mengingat dan membayangkan adanya perempuan atau ibu, tidak mesti pada hari Ibu. Seharusnya setiap saat dan setiap waktu. 

Karena perempuan atau ibu, telah memberikan warna khas secara pribadi tiap-tiap orang dan secara tidak langsung perannya dalam perubahan sosial kehidupan ini melalui gerak anak-anaknya. Ibu, ini anakmu! 

Anak, ini Ibumu, kata-kata dialog Yesus dan Ibu-Nya, Maria ketika berada di bawah salib penderitaan. Iya, akhirnya harus dikenang 'kasih ibu kepada beta, sepanjang masa'. Selamat hari Ibu untuk semua Ibu dan Perempuan Hebat!

Pangkalpinang, 22 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun