Tulisan dengan judul di atas, terinspirasi dari Injil Matius 21: 28-32. Teks bacaan harian yang direnungkan umat katolik sejagad pada hari Selasa, 14 Desember 2021. Dalam konteks renungan ini juga sebagai cara umat katolik mempersiapkan diri menyambut Hari Natal, 25 Desember nanti.
Kisah Perumpamaan Yesus, Matius 21: 28-31a
 Nabi Yohanes Pembaptis adalah salah seorang nabi besar. Karena perannya dalam penutup kisah Perjanjian Lama dan membuka kisah Perjanjian Baru. Tampilannya di Sungai Yordan, dengan suara keras dan tajam menusuk hati. "Hai kamu keturunan ular beludak.  Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka..." (Mat. 3:7). Kehebatan Yohanes Pembaptis dengan suranya yang menohok ini, ternyata hari ini Matius melukisnya bahwa ia datang bersama-sama dengan orang percaya kepada Yesus (Mat. 21: 28). Salah seorang nabi besar, tetapi perannya hanya membuka jalan bagi Putera Allah, Yesus.
Kesempatan yang baik yang dikisahkan Matius hari ini ialah perumpamaan "kakak adik" ditujukan kepada para audiens Yesus, yaitu imam-imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi. Terhadap para pembesar Yahudi Yesus menyampaikan pengajaran-Nya dengan perumpamaan "kakak adik". Yesus dengan gaya pengajaran yang khas yaitu perumpamaan mau membantu mereka untuk melihat "makna terdalam" dari arti pilihan hidup.
Matius menyebut bahwa "kakak adik" ialah laki-laki semua. Kepada keduanya ditawarkan untuk pergi ke kebun anggur untuk bekerja di sana. Tawaran ini ditanggapi keduanya dengan cara yang berbeda. Si kakak menjawab "ya" tetapi nyatanya tidak pergi ke kebun anggur. Jawaban ya hanya manis dibibir saja. Tetapi hatinya, tidak mau. Ya, jawaban si kakak hanya menyenangkan hati. Tetapi dalam hatinya dongkol setengah mau mati. Sebuah jawaban yang tidak jujur, tidak tulus, dan tidak ikhlas. Dari jawaban si kakak, boleh dibilang bahwa eksistensi seseorang tidak dibenarkan dari kata-kata dengan hiasan manis, namun kata dan tindakan harus sejalan-seia, sehati-sejajar.
Menariknya bahwa Matius melukiskan bahwa si adik, mempunyai jawaban atas tawaran dengan "tidak". Faktanya ia menjalankan yaitu pergi ke kebun anggur untuk bekerja. Jawaban "tidak" ternyata menyiksa diri si adik. Ia merasa bersalah. Ia merasa responsnya itu juga melukai hati si penawar. Solusi yang diambil si adik ialah "melakukan jawabannya" secara positip, yaitu melakukan tawaran si penawar dengan pergi bekerja di kebun angsur.
Sintesa Perumpamaan Yesus dalam Matius 21: 31b-32
 Perumpaan "kakak adik" memiliki konklusi yang jelas yaitu "si adik". Si adik terhadap tawaran si penawar, ia merespons dengan "negatif" namun karena hatinya terbuka melihat horisan tawaran begitu terbuka, ia mau menggagalkan keputusan yang negatip dengan melakukan tawaran yaitu pergi bekerja di kebun anggur. Jawaban si adik menjadi sintesa dalam pengajaran Yesus. Dan Matius mencatat penegasan Yesus dalam perumpamaan itu dengan "sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Mat. 21: 31b). Dan hal yang sama seperti dikatakan oleh Yesus ini, telah ditegaskan oleh Yohanes Pembaptis sebelum Yesus tampil ke publik. "...pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundalpercaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (Mat. 21: 32).
Implikasi dari Perumpamaan Yesus "Kakak Adik" bagi eksistensi seorang manusia
Jawaban si kakak dan di atas "arena" dibaca sebagai seseorang yang omong doank. Kata-kata meyakinkan, tetapi belum tentu tindakkan pun meyakinkan. Hanya omong doank dalam perumpamaan Yesus tadi ditujukkan kepada imam-imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi. Mereka kelompok yang getol membuat banyak peraturan dan berbicara didepan umum, tetapi apa yang dibuat nihil dalam praktek hidupnya. Yang dibuat dalam pelbagai aturan dan hukum, dalam kenyataan menindas dan mempersempit ruang gerak orang-orang kecil.
Mereka menuntun jauh lebih besar daripada yang tertulis, dengan perlbagai dalil atas nama aturan dan hukum yang diciptakannya. Inilah ruang "arena" para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi zaman Yohanes Pembaptis dan Yesus yang secara jelas menunjukkan sikap dan perilaku "si kakak".
Konteks kita apa? Ruang "arena" kita saat ini, banyak sekali muncul tipe "si kakak". Banyak omong nihil tindakkan untuk situasi sulit dewasa ini. Banyak teori dan hipotesis ditampilkan ke ruang publik, namun ketika dipraktekan, begitu banyak hal yang aneh baik secara logika maupun praxis. Bahkan sampai lupa dirinya, bahwa sekarang ini banyak orang melihat tindakkan nyata, bukan teori tanpa akar didalam fakta.
Ada muncul tipe "si adik". Orang-orang seperti ini banyak. Mereka kurang tampil di ruang publik, tetapi bekerja dan bekerja untuk banyak orang yang membutuhkan. Mereka seakan tak pernah lelah mendengar berbagai framing yang dilekatkan pada diri dan kerjanya. Ia lebih berorientasi pada kerja dan hasilnya untuk orang-orang kecil dan sederhana. Framing-framing yang muncul, tak menyurutkan niatnya untuk terus berjuang siang dan malam. Popularis yang muncul ialah kerja. Kerja untuk membangun bangsa ini.
Untuk kita, apa? Mau seperti si kakak atau seperti si adik? Atau keduanya? Ha....ha....ha... Iya, pilih satu, biar dapat mempersiapkan natal dengan hati yang gembira. Konsisten dan berani mempertanggungjawabkan. Cogito ergo sum, facio ergo existo. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H