Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai "Kakak Adik" dalam Perumpamaan Menjelang Natal

14 Desember 2021   13:04 Diperbarui: 14 Desember 2021   13:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Basis St. Anonius Abbas Menjunggi Para Lansia di Sungailiat Bangka

Mereka menuntun jauh lebih besar daripada yang tertulis, dengan perlbagai dalil atas nama aturan dan hukum yang diciptakannya. Inilah ruang "arena" para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi zaman Yohanes Pembaptis dan Yesus yang secara jelas menunjukkan sikap dan perilaku "si kakak".

Konteks kita apa? Ruang "arena" kita saat ini, banyak sekali muncul tipe "si kakak". Banyak omong nihil tindakkan untuk situasi sulit dewasa ini. Banyak teori dan hipotesis ditampilkan ke ruang publik, namun ketika dipraktekan, begitu banyak hal yang aneh baik secara logika maupun praxis. Bahkan sampai lupa dirinya, bahwa sekarang ini banyak orang melihat tindakkan nyata, bukan teori tanpa akar didalam fakta.

Ada muncul tipe "si adik". Orang-orang seperti ini banyak. Mereka kurang tampil di ruang publik, tetapi bekerja dan bekerja untuk banyak orang yang membutuhkan. Mereka seakan tak pernah lelah mendengar berbagai framing yang dilekatkan pada diri dan kerjanya. Ia lebih berorientasi pada kerja dan hasilnya untuk orang-orang kecil dan sederhana. Framing-framing yang muncul, tak menyurutkan niatnya untuk terus berjuang siang dan malam. Popularis yang muncul ialah kerja. Kerja untuk membangun bangsa ini.

Untuk kita, apa? Mau seperti si kakak atau seperti si adik? Atau keduanya? Ha....ha....ha... Iya, pilih satu, biar dapat mempersiapkan natal dengan hati yang gembira. Konsisten dan berani mempertanggungjawabkan. Cogito ergo sum, facio ergo existo. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun