Keempat, ikatan cinta dengan memutuskan child free, akan dipandangan sebagai melawan kehendak sang pencipta. Menghalangi penciptaan baru. Menolak kemampuan yang dimiliki dengan cara sadar dan tidak mau. Jika cara ini yaitu memutuskan cild free yang diambil, maka apakah kita tidak mewariskan lahan subur bagi perkawinan sejenis? Apakah ini yang disebut sebagai "peradaban cinta" dengan makna yang baru?
Tentu inilah yang kita harapkan untuk tidak, bagi kita secara pribadi maupun bagi republik +62 ini. Secara pribadi, mungkin kedua pasangan untuk memilih "menunda" waktu untuk memiliki keturunan, jauh lebih baik ketimbang memilih untuk memutuskan child free.
Hidup yang diberikan sang khalik, tentu memiliki tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu, telah ada didalam diri setiap insan, laki-laki dan perempuan. Tujuan tertentu itu jauh didalam lubuk hati setiap orang.Â
Sekarang, tinggal bagaimana cara setiap insan mengaktulisasikan kemampuan dan kelemahannya dalam proses berrelasi, perjumpaan, dan merajuk masa depan dalam kesatuan dengan sesama, alam sekitar dan sang khalik itu sendiri.
Salam sehat untuk kita semua.
Pangkalpinang, 31 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H